Mohon tunggu...
Muhammad Hafizh Ar Raiyan
Muhammad Hafizh Ar Raiyan Mohon Tunggu... Lainnya - Filosofi Mie Ayam

Mau jadi morning person

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Memahami Meme Melalui Hermeneutika dan Mari Tertawa Bersama

8 Juni 2022   15:47 Diperbarui: 8 Juni 2022   16:01 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hermenuetika sebagai seni memahami adalah suatu cara untuk membuka atau memahami makna asli suatu teks. Teks disini sebenarnya dapat ditafsirkan lagi secara lebih luas, seperti perilaku seseorang, ekspresi wajah, fenomena sosial dan sebagainya. Dalam tulisan kali ini saya akan memberikan opini bagaimana kita memahami meme dengan menggunakan kajian hermeneutika.

Meme diartikan sebagai ide, perilaku atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain. Meme di internet mengambil bentuknya dalam sebuah gambar, hyperlink, video, website, atau hashtag. Meme beredar di jejaring sosial dari satu teman ke teman lainnya. Meme menjadi populer karena bisa menjadi bahan lelucon, sindiran, ekspresi perasaan pengguna di dunia maya. Dan hal ini dengan cepat menjadi populer dan mewabah (Luthfi, 2015)

Istilah meme berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu "mimeme" yang berarti sesuatu yang meniru atau menyerupai. Istilah lain yang sama yaitu "meme" yang berarti memori. Dalam perkembangannya istilah meme pertama kali dicetuskan oleh ahli genetika dari Oxford University, Richard Dawkins, dalam bukunya yang berjudul "The Selfish Gene". Ia mengemukakan istilah meme dengan menyingkat kata mimeme menjadi meme karena membutuhkan padanan kata yang bersuku satu yang terdengar mirip dengan kata gen'. Meme merupakan unsur transmisi budaya, demikian yang dimaknai oleh Dawkins (2006).

Istilah meme yang kita pahami saat ini adalah sekumpulan gambar atau video yang dimodifikasi baik diberi ungkapan maupun digabungkan dengan konten lain yang menghasilkan suatu gambar atau video baru yang mirip namun dengan cerita yang berbeda dan disebarkan di internet melalui media sosial misalnya. Kalau kita pahami sekarang, secara umum meme adalah gambar atau video lucu.

Meme, gambar atau video lucu ini sebenarnya melekat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di sosial media, WA group keluarga besar yang isinya jokes bapak-bapak garing, iklan di baliho, meme sangat menjamur dan mewabah di dunia. Semua terkena wabah ini, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Lalu, bagaimana kita memahami meme melalui hermeneutika? Salah satu tugas dari hermeneutika adalah to explain (untuk menjelaskan) sesuatu. Memahami meme melalui hermeneutika memang memerlukan analisis yang serius. Ketika kita melihat suatu meme misalnya, kita tidak mungkin langsung paham sekejap begitu saja. Kita memerlukan waktu untuk memahaminya, kita perlu mencernanya dengan baik-baik, disitulah hermeneutika sebagai seni memahami mulai bekerja.

 Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang yang 'wawasannya luas' (saya tidak berani bilang FOMO karena kesannya agak buruk) lebih mudah menangkap maksud dari meme tersebut. Karena di dalam kepalanya telah terisi informasi-informasi dan data-data yang menarik, sering dibahas dan trending. Memudahkan orang tersebut untuk merangkai makna yang tersirat dari meme itu sendiri. Maka dari itu meme sering disebut pengetahuan baru.

Cara merangkai informasi-informasi dan data-data yang ada di kepala ini memang tidak mudah bagi seorang pemula meme. Tetapi bagi seorang yang setiap hari 'makan' dengan meme, hal ini menjadi mudah dan ez. Informasi atau data ini kemudian kita rangkai sama seperti kita merangkai kata-kata yang kemudian menjadi kalimat yang dapat kita mengerti maknanya. Sehingga cara memahami meme ini dapat dimengerti dengan menggunakan minimal 2 variabel.

 

Sumber:  Halaman facebook UIN SUKA Shitposting
Sumber:  Halaman facebook UIN SUKA Shitposting

Gambar diatas merupakan meme yang diambil dari halaman facebook UIN SUKA Shitposting. Bukan maksud apa-apa tapi, meme diatas merupakan meme yang menarik dan sangat ramai diperbincangkan di kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Kemudian mari kita menganalisis meme ini menggunakan seni memahami hermeneutika.

1. Meme ini sebenarnya dapat dibaca dengan mudah oleh civitas kampus UIN Sunan Kalijaga. Pasalnya kita dapat mengetahui dimana Student Center (data) 'tempat kejadian perkara' dan 'barang bukti' kursi yang memiliki lubang (data).

2. Pertanyaan yang lain adalah "Ngapain mba?" Apa yang dipikirkan oleh mahasiswi tersebut hingga memasukan jarinya kelubang yang ada dikursi itu. Jawaban sederhana yang saya tangkap adalah mahasiswi tersebut gabut.

3. Saya berpikir kenapa jarinya bisa nyangkut seperti itu ya? Seharusnya jari yang masuk juga bisa keluar, tetapi ini tidak. Ini juga yang menjadi humor

4. Bukan meme kalau tidak diposting oleh akun meme, dan juga viral maupun trending. Saya melihat platform seperti kumparan dan volix media juga memposting berita dan gambar ini. Di media sosial twitter juga ramai diperbincangkan. Dengan demikian, gambar diatas menurut saya memang termasuk ke dalam meme.

Sebenarnya tidak juga melulu melakukan analisis yang mendalam untuk memahami meme, tetapi untuk memudahkan orang paham akan meme memang memerlukan analisis. Kita ambil contoh orang awam yang tidak paham dan tidak meneliti tentang meme. Maka dengan melihat gambar diatas saja, respon yang biasanya terjadi adalah "kok bisa ya?" kemudian dia akan tertawa karena kejadian tersebut memang jarang terjadi dan menggelitik.

Metode untuk memahami meme ini sebenarnya bermula dari penangkapan panca indera kita. Kemudian masuk kedalam mesin pengolah informasi, data, yang ada di kepala kita. Selanjutnya akan dirangkai dengan kata yang kemudian menjadi kalimat yang mempunyai makna tetapi abstrak. Akhirnya dari proses yang terjadi outputnya kita akan tertawa. Seorang yang melihat meme di gadgetnya tidak akan membaca meme tersebut di ruang terbuka dengan suara yang keras. Cara membaca dan memahami orang tersebut adalah abstrak karena berada dalam pikiran. Dan kemudian, orang tersebut akan tertawa.

Tulisan ini sebenarnya masih kurang dalam, untuk mencari tahu hubungan antara hermeneutika dengan meme. Tetapi saya sampaikan bahwa untuk mencari maksud yang terkandung dalam meme, kita bisa mencarinya melalui hermeneutika. Terakhir, jangan lupa bahagia dan mari kita tertawa bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun