Hermenuetika sebagai seni memahami adalah suatu cara untuk membuka atau memahami makna asli suatu teks. Teks disini sebenarnya dapat ditafsirkan lagi secara lebih luas, seperti perilaku seseorang, ekspresi wajah, fenomena sosial dan sebagainya. Dalam tulisan kali ini saya akan memberikan opini bagaimana kita memahami meme dengan menggunakan kajian hermeneutika.
Meme diartikan sebagai ide, perilaku atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain. Meme di internet mengambil bentuknya dalam sebuah gambar, hyperlink, video, website, atau hashtag. Meme beredar di jejaring sosial dari satu teman ke teman lainnya. Meme menjadi populer karena bisa menjadi bahan lelucon, sindiran, ekspresi perasaan pengguna di dunia maya. Dan hal ini dengan cepat menjadi populer dan mewabah (Luthfi, 2015)
Istilah meme berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu "mimeme" yang berarti sesuatu yang meniru atau menyerupai. Istilah lain yang sama yaitu "meme" yang berarti memori. Dalam perkembangannya istilah meme pertama kali dicetuskan oleh ahli genetika dari Oxford University, Richard Dawkins, dalam bukunya yang berjudul "The Selfish Gene". Ia mengemukakan istilah meme dengan menyingkat kata mimeme menjadi meme karena membutuhkan padanan kata yang bersuku satu yang terdengar mirip dengan kata gen'. Meme merupakan unsur transmisi budaya, demikian yang dimaknai oleh Dawkins (2006).
Istilah meme yang kita pahami saat ini adalah sekumpulan gambar atau video yang dimodifikasi baik diberi ungkapan maupun digabungkan dengan konten lain yang menghasilkan suatu gambar atau video baru yang mirip namun dengan cerita yang berbeda dan disebarkan di internet melalui media sosial misalnya. Kalau kita pahami sekarang, secara umum meme adalah gambar atau video lucu.
Meme, gambar atau video lucu ini sebenarnya melekat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya di sosial media, WA group keluarga besar yang isinya jokes bapak-bapak garing, iklan di baliho, meme sangat menjamur dan mewabah di dunia. Semua terkena wabah ini, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.
Lalu, bagaimana kita memahami meme melalui hermeneutika? Salah satu tugas dari hermeneutika adalah to explain (untuk menjelaskan) sesuatu. Memahami meme melalui hermeneutika memang memerlukan analisis yang serius. Ketika kita melihat suatu meme misalnya, kita tidak mungkin langsung paham sekejap begitu saja. Kita memerlukan waktu untuk memahaminya, kita perlu mencernanya dengan baik-baik, disitulah hermeneutika sebagai seni memahami mulai bekerja.
 Tidak bisa dipungkiri bahwa seorang yang 'wawasannya luas' (saya tidak berani bilang FOMO karena kesannya agak buruk) lebih mudah menangkap maksud dari meme tersebut. Karena di dalam kepalanya telah terisi informasi-informasi dan data-data yang menarik, sering dibahas dan trending. Memudahkan orang tersebut untuk merangkai makna yang tersirat dari meme itu sendiri. Maka dari itu meme sering disebut pengetahuan baru.
Cara merangkai informasi-informasi dan data-data yang ada di kepala ini memang tidak mudah bagi seorang pemula meme. Tetapi bagi seorang yang setiap hari 'makan' dengan meme, hal ini menjadi mudah dan ez. Informasi atau data ini kemudian kita rangkai sama seperti kita merangkai kata-kata yang kemudian menjadi kalimat yang dapat kita mengerti maknanya. Sehingga cara memahami meme ini dapat dimengerti dengan menggunakan minimal 2 variabel.
Â
Gambar diatas merupakan meme yang diambil dari halaman facebook UIN SUKA Shitposting. Bukan maksud apa-apa tapi, meme diatas merupakan meme yang menarik dan sangat ramai diperbincangkan di kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Kemudian mari kita menganalisis meme ini menggunakan seni memahami hermeneutika.