Ada yang tiba sebelum Magrib. Saya sendiri dan empat teman lainnya tiba setelah Magrib dan kelompok Mbakpaw plus ibu-ibuk malah tiba pukul 11 malam di Surken. Jadi, perjalanan ini nyatanya jauh lebih berat dari perkiraan.
Jalurnya ini, kalau kata teman-teman saya sih, kayaknya baru. Soalnya dulu nggak begitu-begitu banget. So, kali ini jadi kerasa banget capeknya, nyeseknya dan debunyaaa juga ndak nahan. Tapi... kalau hari hujan malah lebih nggak lucu lagi karena pasti jalan setapak menanjak akan sulit dilalui, licin tersebab jadi jalur aliran air.
Hampir ada yang drop di tengah jalur, jika saja tak terus dikuatkan. Itulah kenapa rombongan ibu-ibu dan tiga bapak tertinggal di belakang, karena memang banyak berhenti untuk istirahat. Untung saja tidak sampai ada yang kena hipotermia.
Saya sendiri tipe pejalan yang kayak "cermin" Sama dengan pengakuan Kak Hani teman seperjalanan. Kalau depan-belakang saya kuat, saya pun ikut kuat. Tapi kalau depan-belakang saya nggak kuatan, saya kok jadi ikutan lemah juga. Makanya, saya jadi di posisi kelompok yang tengah. Ditinggal oleh kelompok depan ya... sudah ndak apa-apa, nasib, susah juga ngejarnya.
Tapi ndak sanggup juga jika harus menunggu kelompok yang masih jauh di belakang. Bermodal yakin dalam hati, bismillah semua pasti bertahan dengan cara yang berbeda-beda, asalkan nggak jalan sendirian aja.
Saya juga termasuk pengeluh sih. Rasa hati kepingin berhenti lagi dan lagi tapi semakin lama berhenti bergerak di tengah jalur, hawa dingin semakin menusuk dan kaki menjadi kaku. Tapi ya.. melangkah saja perlahan-lahan hingga akhirnya sampai di tempat nge-camp. Alun-alun Surya Kencana.
Jalur via Putri emang Gimana sih? Kok ya Lebay Amat Ngeluhnya!
Ada dedek-dedek emesh ABG yang ramai-ramai mendaki gunung gede demi kebutuhan kegiatan pencinta alam, komunitas acara sekolah, atau sekadar jalan-jalan santai mengisi akhir pekan. Lumayan, kan, demi merapikan feed instagram. Lhoo...?
So, jangan dikira jalur menanjak sepi. Ramai ternyata, bosque...
Jadi, ya wajar rasa hati nih pas naik, pengen menjerit-jerit karena nyesek. Â Pas turun, jiwa-jiwa ngeluhnya akan kembali meronta-ronta misalnya merasa mulai bosen jalan kaki dan pengen berhenti. Kalau nggak kuat-kuat iman, eh mental, mah, bisa-bisa nurutin hawa nafsu pengen berbaring aja sampai pingsan.
Saat itu sih, saat jalan turun, banyak juga pendaki lain yang drop dan cidera sehingga membutuhkan bantuan tim rescue di pos awal. Salut lah itu kaki-kaki para petugas lincah banget walaupun sambil menggendong pendaki yang sakit/cidera sementara saya mah beneran gelosor aja pas tahu turunan begitu curam.