Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lawu, Akhirnya Kami Taklukanmu

1 Oktober 2015   13:52 Diperbarui: 11 September 2019   05:14 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lawu, Akhirnya Kami Taklukanmu

 

Kamu pikir naik gunung itu cuma buat gaya-gayaan? Please, deh, pikir ulang. (Ani Rohimah Quote-quote-an)

 

#Biidznillah, Ini Semua Berkat Joya

Tanggal 26-29 September merupakan hari-hari yang berkesan. Sejarah buatku yang newbie dalam pendakian. Fabiayyi aalaa i rabbikumaa tukadzibaan... Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kan kau dustakan?

 

Secara, guys, ini pendakian pertamaku. Mendaki yang benar-benar sampai puncak.. Iya.. Puncak! (Krik........)

Jika sebelumnya kaki ini cuma bisa sampai bukit-bukit terdekat, sekarang, aku dan kawan-kawan (sebutlah mereka seterong man and the seterong women) bisa menaklukan Puncak Lawu, Hargodumilah tertanggal 28 September 2015. Meski dengan ngos-ngosan parah dan kaki yang cenat-cenut akhirnya. Alhamdulillah.

 

Jika ini adalah sebuah film, maka segala genre sepertinya sudah aku saksikan. Melowdrama, horror, komedi, thriller, action? Entahlah. Untungnya no romance, jadi perjalanan ini 'aman' meski tak pernah luput dari Baper-baperan. Maklum, abege udah kelewat zaman ya kayak gitu tuh kelakuan. Baper kabbbbeh. Aku pun kadang hanya bisa diam kemudian sambil garuk-garuk sikut bertanya dalam keramaian, "ngomongin apa seh Lu pada?"

 

Oke lanjutkan. 

Ini semua, biizdnillah, dengan izin Allah, berkat Joya aku bisa berangkat ke Solo.

Mama Domba, Uni ketje, alias Rasfiza Iras yang sudah back up akuuuh.. Uuhh Peluk Uni. Hihihi. Terima kasih Unii dan tentu saja mamah Mamet yang udah mengusahakan hampir semuanya, termasuk perlengkapan outdoor akuuh, qaqa Maw Maw yang seterong abesss, yang udah merelakan Rona-nya ke aku, anteu Iradah, si anak gadget yang doyan ngepet (baca: nge-path) sukses menyebarkan virus-virus petualangan ke dalam otakku dan Rifa the Bontot yang paling santai orangnya, tapi juga kadang paling baper di antara kitah tapi seterong kan, ncu Sabam, iya kan?..  Hahay pisss ncu.. 

 

 

#Teman Perjalanan Tak Pernah Mengecewakan

Di perjalanan, aku bertemu banyak kawan. Jujur saja, aku termasuk orang yang takut saat bertemu dengan orang baru, karena aku bukanlah orang yang pandai menyesuaikan diri dengan kawan baru.

Dan lagi aku bukan orang yang pandai bicara.

 

Tersebutkah Kakak Honey alias kakak Hanifah. Kakak salihah yang keibuan dan sangat rajin dan teratur. Nice to meet you, kakak...   Bersama Joya jadi ikutan Baperr dah Kakak. Haha.

 

Lalu ada tiga pria-pria petualang. Anak-anak muda yang penuh semangat juang, baik di organisasinya maupun di pendakian. Ahay, sok tahu eyke. Ya, terkisahlah di perjalanan bertemu Imad, Lukman dan Andre. Imad, anak gagdet yang tak pernah diam, kurasa, jadi membuat perjalanan tak kenal bosan. Yang gadget-nya selalu memutar lagu-lagu ala haroki yang membuat cemumut meski kaki gempor sekalipun. Hihi. 

Lookman, kisahnya yang hampir jatuh ke jurang nan curam saat jalan malam namun dengan pertolongan Allah masih diaelamatkan dengan cara nyangkut di Pohon itu pastilah sesuatu yang akan terus terkenang hingga beranak cucu. Sing ati-ati yo, Man. Maut tidak sebercanda itu, lho. (Ngomong apa gue). Andre, Andrew Barbarosa yang innocent namun baper juga kagak ketulungan, nggak heran di playlist-nya ada lagu "Aku Mah Apa Atuh, cuma jadi obat nyamuk..." Eh, sorry, Sorry, suka kebawa suasana. Haha. Yang suka curi-curi kesempatan untuk nongol di foto orang, juga yang kalau jalan, tasnya penuh kode. Yaitu, bunyi botol plastik bergelantungan. Hahaha. Piss, Andrew.

 

 

Ya, kita selalu saling menguatkan, saling menasihati, saling membantu bahu membahu. Terima kasih semua.

 

 

#Ini Kampung Orang, Biidznillah, Tanpa Dua Manusia ini, Kita Ya hanya Butiran Remah-Remah Rengginang yang terapung di Lautan

Apalah arti kami ini, serombongan manusia galau yang datang ke Solo hendak mendaki Lawu dengan membawa "masalah" masing-masing tanpa kehadiran dua manusia setrong ini. Alhamdulillah ala kulli hal.

Tadaaaaa...  Sambutlah Mas Panji dan Pak Dhe Cinduy. 

Standing Applause lah buat mereka berdua. Segala cerita, segala wejangan, segala bentuk pertolongan juga semangat juang yang meski "you know what" lah di gunung, siapa sih yang tidak lelah dengan  pendakian? Tapi bener, deh, semua mengakui kok kalau tidak ditemani dua orang ini, kami hanya ibarat debu di atas karpet ajaib Aladin. Hanyalah remah-remah rengginang yang kapes di tengah lautan, hanyalah......  Ah sudahlah. Takut ada yang ngelempar gue pake bakiak. Pokoknya maturnuwun. Alhamdulillah. Terutama buat Mas Panji yang sampai jam 12 malam tanggal 29 masih aku repotkan karena aku pulang tak barengan kawan lainnya, Semoga dalam hatinya tidak bergumam, "lain kali jangan-jangan lagi, deh si Ani ketinggalan kereta. Repot gue.." hahaha.. Salam buat Pak Amin dan Mba Salma yang juga mau berbaik hati ikut dirempongkan olehku malam itu ya... Hihi. 

 

 

#Lawu ya Lawu, begitulah adanya ia

Segala ciptaan Allah tak pernah cacat. Termasuk gunung Lawu. Meskipun sudah terpapar api dan banyak pemandangan indah yang terenggut abu, juga banyak sampah yang membuat pemandangan kurang nyaman, tidak bisa menyamarkan kecantikan sebenarnya dari Lawu. 

 

Mitos, kisah mistis menemani perjalanan kami hingga ke puncak bahkan hingga turun lagi. Warung "puncak lawu" nasi pecel Mbok Yem yang fenomenal, jalanan yang seolah mengular berulang, serangan hawa dingin saat jalan malam yang tak cuma buat lelah tapi juga bikin "tumbang". Tak kan pernah lupa, deh tentang Iradah dan kisah malam itu, juga lagu Andai Matamu yang di dalam imajinasiku malah jadi "semacam mantera" penarik sesuatu.  

 

Ya, Lawu jadi saksi bahwa dalam pendakian semestinya semua sudah disiapkan bukan hanya dengan baik tapi juga dengan bijak. Bukan hanya tentang obsesi mencapai puncak tapi juga tentang  segala bentuk kesadaran, juga menghapus segala ego diri di depan Sang Pencipta. Ya, manusia kadang ada kalanya memang kurang bersyukur. Semoga pendakian kami ke Lawu menjadi semacam pelajaran berharga. Bagiku tentu saja, utamanya.

 

Terima kasih ya Rabb, terima kasih kawan-kawan... 

 

Lawu...

Perjalanan ini semestinya bermakna bagiku.

 

 

1 Oktober, saat matahari tengah hingar bingar. 

 

-Ani R.

 

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun