Mohon tunggu...
Arra Yusuf
Arra Yusuf Mohon Tunggu... Freelancer - Arra Itsna Yusuf suka jalan-jalan dan nulis suka-suka

Setidaknya, dengan menulis, "Aku menghadirkan diri, meski kau anggap aku mati" (Arra Yusuf)

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lawu, Akhirnya Kami Taklukanmu

1 Oktober 2015   13:52 Diperbarui: 11 September 2019   05:14 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Standing Applause lah buat mereka berdua. Segala cerita, segala wejangan, segala bentuk pertolongan juga semangat juang yang meski "you know what" lah di gunung, siapa sih yang tidak lelah dengan  pendakian? Tapi bener, deh, semua mengakui kok kalau tidak ditemani dua orang ini, kami hanya ibarat debu di atas karpet ajaib Aladin. Hanyalah remah-remah rengginang yang kapes di tengah lautan, hanyalah......  Ah sudahlah. Takut ada yang ngelempar gue pake bakiak. Pokoknya maturnuwun. Alhamdulillah. Terutama buat Mas Panji yang sampai jam 12 malam tanggal 29 masih aku repotkan karena aku pulang tak barengan kawan lainnya, Semoga dalam hatinya tidak bergumam, "lain kali jangan-jangan lagi, deh si Ani ketinggalan kereta. Repot gue.." hahaha.. Salam buat Pak Amin dan Mba Salma yang juga mau berbaik hati ikut dirempongkan olehku malam itu ya... Hihi. 

 

 

#Lawu ya Lawu, begitulah adanya ia

Segala ciptaan Allah tak pernah cacat. Termasuk gunung Lawu. Meskipun sudah terpapar api dan banyak pemandangan indah yang terenggut abu, juga banyak sampah yang membuat pemandangan kurang nyaman, tidak bisa menyamarkan kecantikan sebenarnya dari Lawu. 

 

Mitos, kisah mistis menemani perjalanan kami hingga ke puncak bahkan hingga turun lagi. Warung "puncak lawu" nasi pecel Mbok Yem yang fenomenal, jalanan yang seolah mengular berulang, serangan hawa dingin saat jalan malam yang tak cuma buat lelah tapi juga bikin "tumbang". Tak kan pernah lupa, deh tentang Iradah dan kisah malam itu, juga lagu Andai Matamu yang di dalam imajinasiku malah jadi "semacam mantera" penarik sesuatu.  

 

Ya, Lawu jadi saksi bahwa dalam pendakian semestinya semua sudah disiapkan bukan hanya dengan baik tapi juga dengan bijak. Bukan hanya tentang obsesi mencapai puncak tapi juga tentang  segala bentuk kesadaran, juga menghapus segala ego diri di depan Sang Pencipta. Ya, manusia kadang ada kalanya memang kurang bersyukur. Semoga pendakian kami ke Lawu menjadi semacam pelajaran berharga. Bagiku tentu saja, utamanya.

 

Terima kasih ya Rabb, terima kasih kawan-kawan... 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun