Mohon tunggu...
Ar rafi Kusumarachman
Ar rafi Kusumarachman Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang pendidik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebenaran Agama

6 Januari 2023   09:00 Diperbarui: 7 Januari 2023   15:50 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

C. Kebenaran Agama dan Kitab Suci 

Dalam ilmu modern yang menggunakan "Kitab Suci"  sebagai konsep generik seperti banyak yang digunakan  dalam study agama , berkembang diluar konteks Tradisi yahudi dan khususnya kristen. Belakangan ini saja "Kitab Suci" menjadi hal umum karena konsep ini telah digeneralisasi dan diterapkan secara luas pada teks -- teks normatif tradisi agama -- agama lain. Signifikasi utama dari "Kitab Suci" (Scripture) atau equavalent, disini, paham yang berhubungan dengan "kanon" kitab suci adalah relevan, dalam study akademik  " Kitab Suci" menjadi salah satu kategori Taken for Grated yang digunakan setiap orang sebagai sumber utama, kebanyakan kajian agama menempatkan kitab suci pada tingkatan pertama, setidaknya dalam budaya  kesustraan diantara fenomena keagamaan yang penting.[5] 

Argumen tersebut diperkuat oleh  pernyataan  William A Graham Dalam (An Nasr dan Wiliam C Chitiick. 2011:28) bahwa hasil kajian dari teks -- teks tertulis masih mempunyai keuatan yang normatif serta otoratif. Serta dapat menjadikan firman keuasaan menjadi femomeolog dengan memperkuat delimitasi kitab suci pada teks "hitam dan Putih", kumpulan konon dan tulisan suci serta resmi dalam bentuk suatu tradisi.

Kitab suci sennatiasa menjadi rujukan utama dalam mengkaji agama dalam berbagai persepektifnya, walaupun didalamnya juga ada interprestsi dari kitab suci teks hermrnutika yang akhirnya menjadi bahan dan acuan dalam mencari jalan kebenaran dan resolusi kepada permasalahan yang timbul, kajia terhadap kitab suci meruapakan perdebatan yang sangat panjang dalam agama, dan tidak luput dari perdebatan tersebut telah memunculkan sekte- sekte baru dalam agama, yang semuanya itu tidak dapat disalahkan karena sekte -- sekte tersebut lahir karena pengalaman historikal yang mempunyai prinsip dalam mencari jalan kebenaran namun tetap berpegang teguh pada satu acuan kitab suci utama.

 

Kesakralan kitab suci ini menjadikan pedoman hidup bagi pengikutnya yang kemudian dijadikan landasan pemikiran dalam persepektif agama dan sebagai fondasi dalam menjalankan kehidupan, dari kitab suci inilah manusia menunjukan bahwa mempunyai sisi fundamental  yaitu bentuk penghambaan terhadap yang kuasa, secara teritororial hegemoni dan otoritas teks suci  tersebut masih sangat kuat terhadap perkembangan keagaamaan yang dianutnya.

Sejalan dengan itu perkembangan keagaamaan sebagaimana yang disebutkan oleh cliford greetz[6] dalam The Interpretation of Culture menyebutkan bahwa agama adalah sumber sistem kebudayaan, analisis kebudayaan  bukanlah satu ilmu eksperimental yang mencari makna sebuah hukum, tapi adalah suatu tafsiran yang mencari makna. Yang pada intinya adalah menempatkan agama pada suatu custome atau pembiasaan dalam keseharian yang akhirnya mempunyai truth claim tentang kebenaran yang diyakini sebagai normativitas yang berasal dari makna interpretasi teks suci.

D. Kebenaran Agama dalam Persepektif Islam

Jika membicarakan tentang kitab suci umat Islam tentunya kita tidak dapat melepaskan dalam konteks al Qur'an sebagai teks otoritas sebagaimana yang disebutkan oleh Nasr Abu Hamid disebut sebagai Turats atau teks yang menjadi bahan pemikiran, penempatan al Qur;an sebagai teks sakral dan utama meruapakan salah satu desain besar dalam menentukan keputusan -- keputusan hidup yang didasarkan pada teks tersebut, dan karena hasil turast maka penafsiran al Qur'an akan mempunayai produk budaya yang sangat luas sekaligus melahirkan Cipta (Kreatifitas), Rasa (Emotional) dan Karsa (Karya) yang akan mewarnai dari berbagai sisi kehidupan. Persepektif al Qur'an dan fenomenolgisnya merupakan rangkaian sejarah yang tidak lepas dari harmonisasi waktu dalam pergulatan kausalitasnya teks tersebut turun. Ada beberapa asumsi tentang kebenaran teks dan otoritasnya antara lain: [7]

 

Produk Wahyu dan Pemikiran Rasional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun