Ketika kesibukan melanda aktivitas saya, otomatis ada yang terkorbankan.salah satu penyebab saya harus menggunakan jasa ART adalah karena ketidakcukupan waktu berinteraksi dengan anak dan orang yang ada dirumah.ketika putri saya masih berusia 1 tahun,saya  harus sering meninggalkan kannya dirumah.
Ketika itu ibu saya masih sehat,  masih bisa mengawasi dan menemani cucunya dirumah seharian. kami bekerja sebagai ASN dan jarak tempuh rumah ke kantor cukup  panjang yaitu berkisar 1 jam.
Saat itu ART yang saya pakai adalah yang bekerja paruh waktu,  pagi menyuci,lanjut menyetrika dan bersihkan rumah, selepas itu dia pulang. hingga  tak terasa hampir 6 tahun dia menemani keluarga kami.oh ya... saya memasak sendiri, karena kebetulan suami tidak cocok dengan masakan orang lain.tapi tak masalah karena ART ini  orang nya tidak neko-neko.jujur dan tidak suka bergunjing. Sayang dia berhenti karena suaminya meninggal dunia. Oleh karena anak-anak nya masih bersekolah maka diapun pamit untuk berjualan lontong dan menjadi tulang punggung keluarga.yang mau saya katakan,bahwa ketika ART kita berlakukan dengan baik dan tidak melecehkan  statusnya, niscaya dia akan betah dan merasa dihargai. sepanjang ingatan saya,dia belum pernah menyakiti hati kami, tidak pernah menipu,mau juga meminjam uang tapi tidak sampai seluruh upahnya diambil, supaya ada yang ditunggu katanya.maka saya pun sering menambahkan tips untuk dia karena kebaikannya. Hingga saat ini hubungan kami masih baik.
ketika anak saya sudah memasuki SMP saya pun mencari gantinya, dapat memang, seorang ibu rumah tangga yang mempunyai anak 5 orang yang sudah dewasa dan sudah punya cucu.tapi masih kelihatan lincah.seiring dengan berjalannya waktu ibu saya pun sudah tidak sekuat yang dulu,dia hanya bisa duduk, berjalan sebentar dan sudah mulai cepat lelah.maka otomatis ART ini mengambil alih semua tugas ibu saya termasuk menjemput ke sekolah.Â
Saya masih sibuk hilir mudik,terbang sana terbang sini,(saat itu saya ASN di Badan  perencanaan pembangunan Daerah yang mempunyai jabatan sebagai kepala bidang) seminggu  full terkadang saya dinas luar.hanya hari Jumat saya berada di kantor.Â
Sepanjang waktu itu, kami belum menemukan apa yang tidak baik.kami melihat bahwa uwak Dinda (begitu panggilan nya) sangat rajin, rumah bersih,kain rapi disetrika tiap hari,sore jam 5 baru dia pulang. Kami memang tidak mengatakan uwak Dinda menginap dirumah, karena takutnya  nanti anak kami tidak lagi mau bersama dengan kami. Uwak Dinda berbeda dengan ART yang pertama, ketika awal bulan sudah menerima gaji, persis tanggal 15 dia pasti minjam lagi, dan bahkan sering  dia absen tidak  masuk kerja tanpa pemberitahuan.tapi karena kami butuh tenaga nya terpaksa kami ngelus dada.Â
Sampai kemudian saya mempertimbangkan nasehat ibu dan tetangga bahwa untuk apa kamu bekerja kalau anakmu tidak berkembang dengan baik,karena saya sering ditegur tetangga, kenapa anakmu pucat? Anakmu tidak interaksi dengan kawan- kawannya? . Pertanyaan itu membuat saya tersadar dan  merasa malu.saya pun mengajukan mutasi kekota yang lebih dekat kerumah. Mendengar saya sudah pindah kantor, tiba-tiba uwak Dinda minta berhenti, alasannya sudah capek,ingin mengurus cucu dan bla.bla..saya pun heran,lho kan harusnya uwak bersyukur saya bisa membantu pekerjaan uwak? Tapi dia tidak bergeming,padahal sudah 5 tahun bekerja dirumah kami.Â
Ketika uwak Dinda tidak bekerja lagi dirumah kami,sayapun mulai mengambil alih tugas - tugas dirumah.termasuk menjemput anak saya yang saat itu sudah kelas 2 SLTA. Saya lihat ketika anak saya tiba dirumah,dia langsung tidur,tidak makan sampai jam 4 sore anak saya bangun .saya tanya kenapa tidur belum makan? jawaban nya kenyang jajan di sekolah.lalu saya buat Juice tapi dia tidak mau, katanya tidak biasa,lho.... padahal saya selalu belanja buah untuk seminggu dengan bermacam-macam.Â
Saya tanya apa tidak pernah dibuat juice sama uwak) katanya "tidak" lah....jadi kemana buah itu semua? Singkat cerita ternyata selama uwak Dinda dirumah kami, sepulang anak kami sekolah si uwak Dinda memang buat juice,memasak lauk dan setelah semua nya beres,anaknya datang menjemput kerumah untuk mereka makan dan nikmati.begitu seterusnya...
Saya dapat info dari tetangga sebelah.. yang mengatakan bahwa kalau kami tidak dirumah, anak-anak dan cucunya datang kerumah,bebas berselancar dengan Wifi dengan semua tingkah laku anak remaja pada umumnya.karena anak saya sudah capek dan tidak begitu perduli terhadap anak-anak si uwak. Saya berpikir berarti uwak Dinda merasa terancam karena saya sudah pindah kerja, makanya dia minta berhenti.Â
Saya setuju dengan cara interaksi kita dengan ART, kedekatan kita juga penting.tapi kalau begini ceritanya, apa masih bisa ditolerir, beruntung saya tidak kalap dan minta pertanggung jawaban nya, ternyata benar kata tetangga,bahwa anak saya pucat seperti kurang gizi,padahal kami pasutri bekerja dan punya uang beli ini  itu.Â
Dari kasus ini  saya ambil hikmahnya saja. Kita memang perlu uang dan merasa perlu sempurna dan berharga dimata orang, tapi kita tidak bisa menggunakan uang kita disaat anak kita sudah terlanjur terlantar dan sangat membutuhkan perhatian, kita harus mulai dari Nol,, memberikan perhatian yang cukup kepada anak. mumpung belum terlambat.
Pengalaman ini sangat berharga,ART bisa juga menggunakan kewenangan nya disaat kita tidak ada, beruntung saat itu saya cepat tersadar bahwa pendidikan dan kesehatan si anak adalah yang terpenting,rezeki sudah dipersiapkan sang Pencipta untuk kita.beruntung orang tua yang bisa melihat tumbuh kembang anak -anak mereka.beruntung orang yang mendapatkan ART yang baik,berbakti dan tulus.
Ahlak ART kalau memang baik dimana pun pasti baik, terkadang karena kebutuhan yang mendesak ART bisa menjadi jahat. Cuma Tuhan lah yang mengetahui baik jujur nya seseorang,kita hanya menjalaninya. Dan saya tidak membenci Uwak Dinda, saya hanya membenci sikap saya yang kurang memperhatikan kondisi anak saya.justru saya berterima kasih kepada Uwak Dinda yang menyadarkan saya bahwa pekerjaan dan status terhormat memang sangat penting tapi lebih penting kehidupan masa depan anak saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H