Mohon tunggu...
Arolina Sidauruk
Arolina Sidauruk Mohon Tunggu... Pengacara - Waktu itu sangat berharga

Bagai menegakkan benang basah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sang Mertua

18 Maret 2021   22:33 Diperbarui: 18 Maret 2021   22:40 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

setelah hampir dua bulan absen menulis, karena kesibukan yang tak karu-karuan, dengan profesi yang sangat tidak tergantung kepada waktu. bisa saja hari ini sudah terjadwal, tapi bisa juga detik per detik bisa berubah. hal ini tentu sangat membutuhkan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi para penegak hukum yang super mengidolakan waktu. 

baiklah para sahabat kompasiana, apapun ceritanya, panggilan untuk menulis sangat mengerikan, nurani berontak ingin menulis apa saja yang terjadi disekitar dan di dunia maya. sayang sekali terlewatkan.  walaupun bukan karena waktu terbuang, melainkan  karena kesibukan yang tak terelakkan. 

Hari ini saya membaca di beranda kompasiana kategori  topik pilihan, ada beberapa yang sudah terlewatkan, dan banyak sudah tulisan para sahabat yang sangat terinspirasi, dari berbagai pilihan, saya mencoba menceritakan kisah saya dengan sang mertua. 

Tidak etis juga menceritakan yang bagus- bagus   dan baik dari sang mertua, tentulah   ada juga sisi kurang baik yang tidak pas didalam hati saya sebagai seorang menantu. sangat munafik kalau saya mengatakan bahwa saya tidak pernah sakit hati kepada mertua. 

Di suku batak, bila seseorang akan menikah tentu wajar si lelaki  memperkenal kan  si gadisnya  kepada sang calon mertua, biasanya si gadis diundang makan, dan  akan terlihat apakah sigadis dengan sang calon mertua terjalin  komunikasi?.  dari gestur tubuh  terlihat niat tulus atau memang ada  yang kurang pas. 

Biasanya sang mertua selalu  menguji si gadis dengan dalih disuruh memasak, membuat teh hingga cara berinteraksi dengan anggota keluarga si calon suami. terkesan kampungan dan kolot memang, tapi itu masih berlaku , supaya kelak ketika sudah menjadi bagian dari keluarga sang calon mertua dan calon menantu akan terlihat konek dan kompak.. 

di zaman milenial ini, hal-hal tersebut sudah nyaris hilang, yang penting sang calon mempelai sudah sepakat dan tidak akan goyah apabila sang calon mertua menunjukkan ketidaksetujuannya kepada si gadis. berbekal cinta yang buta pernikahan akan tetap dilaksanakan,   kecuali kesalahan fatal  seperti penghinaan status kedua belah pihak yang akan berbesanan. 

kembali ke judul,  pengalaman yang saya  sampaikan  disini adalah, ketika kita merasa disudutkan sang mertua , jangan sesekali melawan mertua dengan berdialog,bertengkar dan beradu fisik,apalagi mertua laki-laki. sangat tabu. pertengkaran dirumah tangga adalah sesuatu yang wajar dan harus terjadi, supaya kehidupan berumah tangga semakin matang. pada saatnya kita dapat membantah mertua ,misalnya ketika situasi sedang nyaman atau mertua sedang berbahagia, sambil bercanda kita boleh mengatakan  " Inang kemarin kenapa bilang begini?

saya kurang suka,dan kurang pas, kalau saya salah jangan disampaikan ke orang lain, langsung ke saya  ( wanita  batak memanggil mertua itu dengan sebutan "inang" panggilan yang sangat hormat kepada mertua )  atau dengan cara memperalat suami, supaya suami yang menegur   sang mertua. karena saya berpikir, saya juga kurang suka kalau suami membantah ibu saya dengan  suara yang tinggi atau apalah ..selama 20 tahun berkeluarga saya belum pernah melawan mertua,,bukan saya bodoh atau acuh, tapi adalah sebagai bentuk rasa hormat kepada orang yang melahirkan suami,yang sudah membesarkan dan menyekolahkan suami. 

kalaupun mertua ingin mencampuri urusan rumah tangga, saya cukup menyampaikan ketidaksukaan saya kepada suami dan adik perempuan suami saya. mungkin ini adalah cara aman untuk menjaga keutuhan rumah tangga. saya rasa dengan cara ini pihak suami akan merasa segan dan hati-hati bertindak seenaknya didalam keluarga kita. 

disaat ini, dimana anak sudah semakin dewasa, kita akan mendapat predikat "mertua" juga. ada kekwatiran kalau-kalau kita akan mendapatkan seorang menantu yang tidak menghormati mertua, bagaimana rasanya ketika disepelekan sang menantu? bukankah karma itu memang ada? bagaimanapun patut kita bersyukur atas jasa mertua yang sudah merelakan anaknya untuk mendampingi hidup kita. 

begitupun sebaliknya, menceritakan dengan tulisan mertua dan sang mertua tidak akan pernah cukup satu halaman, dan tidak akan tertuliskan satu persatu, kalimat per kalimat, karena memang begitu banyaknya waktu dan rezeki beriringan sepanjang kehidupan rumah tangga. suka duka dilalui bersama sambil belajar dan belajar, tidak ada yang tamat dalam pelajaran ber keluarga. 

Niscaya  ada persamaan , karena kita dipersatukan dengan macam perbedaan, baik hati dan perasaan yang harus berjalan beriringan. apalagi kepada sang mertua??menjaga mulut dan perasaan adalah salah satu senjata bagi pasangan suami istri. saya bukan wanita sempurna, bukan pula wanita super. .hidup ini berputar bagai roda kenderaan.kadang diatas,kadang dibawah. jadi tidak ada alasan untuk tidak saling menghormati. ibu mertua adalah orang yang melahirkan suami, ibu saya adalah orang yang melahirkan saya, dan saya pada akhirnya juga akan mempunyai menantu dan akan memanggil saya " mertua" 

hidup mertua,hidup suami....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun