Sebenarnya tanpa kita membaca buku tebal, membaca sejarah, hafal ratusan teori sosial dan lain sebagainya. Tanpa itu semua, coba kita buka mata kita bersama. Kita ikut melihat pertumpahan darah yang ada, mencoba ikut merasakan apa yang mereka rasakan, gedung-gedung diruntuhkan, letusan bom ada dimana-mana dan masih banyak lagi. Cukup dengan hati nurani kita apabila kita merasa kasian dan tergerak ingin sekali membantu itu merupakan naluri manusia sesungguhnya. Kita kesampingkan terlebih dahulu politik, ras dan agama mereka. Sekali lagi cukup kita hadirkan hati nurani kita.
Saya tidak mau mencoba menengahi perdebatan yang terjadi di Indonesia, akan tetapi saya ingin masyarakat juga menghadirkan hati nurani dalam setiap keberpihakannya terhadap mana yang di tindas dan harus dibela. Bukan berdasarkan fakta atau dalam jurnalisme di istilahkan sebagai objektivitas berita. Dalam dunia mustahil manusia bisa berbicara objektiv meskipun pasti ada sebagian manusia yang seperti itu. Karena setiap berita atau pengetahuan yang dia tulis tidak akan bisa terlepas dari lingkungannya. Baik Agama, Ras, Budaya dan lain sebagainya. Tapi kalau berkaitan hati nurani, saya kira semua manusia mempunyainya.
Dalam permasalahan ini saya kira Indonesia memiliki peran yang penting, apalagi Indonesia mempunyai status sebagai negara dengan masyarakat muslim terbesar di Dunia. Oleh sebab itu semoga pemerintah Indonesia segera memberikan sedikit solusi yang bisa meredam konflik yang ada, minimal kedua negara melakukan gencatan senjata selama 10 tahun kedepan. Karena ini merupakan salah satu cita-cita maupun tujuan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H