"Saya percaya bahwa kita harus saling menghormati sebagai manusia yang hidup bersama. Ras, asal usul, dan daerah asal tidaklah penting, yang terpenting adalah hidup dengan saling menghormati satu sama lain," -- Asnawi Mangkualam.
Liga Korea diguncang isu rasis, isu yang paling dibenci di sepakbola. FIFA, Lembaga Sepakbola Dunia bahkan menyediakan regulasi dan hukuman berat kepada para pelaku rasis, dan pihak-pihak yang mendukung atau bahkan membiarkan tindakan rasis itu terjadi.
Mulai dari peringatan, denda atau pertandingan di stadion tertutup bagi pelanggaran minor, hingga hukuman pengurangan poin, pencoretan dari liga atau regulasi jikalau ada tindakan serius rasis yang ternyata tidak dilakukan tindakan preventif sebelumnya.
Paling akhir yang mencuat adalah tentang tindakan rasialis yang dialami oleh pemain Real Madrid, Vinicius Junior. Penyerang asal Brasil itu diolok-olok dengan sebutan 'monyet' oleh suporter Valencia di Stadion Mestalla.
Presiden FIFA, Gianni Infantino nampak sangat geram dengan insiden tersebut. Infantino bahkan kembali mengulangi sekaligus mengingatkan apa yang perlu segera dilakukan ketika tindakan rasis itu terjadi dan menyakiti salah satu pemain.
"Ada tiga langkah di kompetisi FIFA dan direkomendasikan di semua level sepak bola," kata Infantino dilansir dari akun Instagram resminya (@gianniinfantino), Senin (22/5/2023).
"Pertama, Anda menghentikan pertandingan, Anda mengumumkannya. Kedua, para pemain meninggalkan lapangan dan pembicara mengumumkan bahwa jika serangan berlanjut, pertandingan akan ditangguhkan," ujar Infantino.
"Ketiga, jika serangan berlanjut, pertandingan akan berhenti dan tiga poin akan jatuh ke tangan lawan. Ini adalah aturan yang harus diterapkan di semua negara dan di semua liga," tegas Infantino.
Infantino memang sangat serius. Buntut dari peristiwa tersebut, tak tanggung-tanggung Federasi Sepak Bola Kerajaan Spanyol (RFEF) dan Komite Teknis Wasit memecat enam wasit VAR.
Keenam wasit tersebut dianggap lalai untuk mendapatkan bukti video bahwa Vinicius memang benar-benar telah mendapat perlakuan rasialis.
Ceritanya begini. awalnya terlibat konfrontasi sengit dengan pendukung Valencia, yang diduga melakukan pelecehan rasial terhadapnya dari tribun penonton.
Vinicius diganjar kartu merah karena dianggap menampar pemain Valencia, Hugo Duro Dan akhirnya memicu cemoohan rasis dari para pendukung tuan rumah.
Jika VAR it memang adil, asal muasal pertikaian tersebut dipaparkan dengan jelas, sayangnya keenam wasit VAR itu dianggap lalai dan menutup-nutupi.
***
Apa yang terjadi di Korea League dan melibatkan Asnawi? Komite Disiplin (Komdis) Federasi Sepak Bola Korea Selatan (KFA) bergerak cepat dengan memberikan sanksi berupa larangan satu pertandingan dan denda sebesar 15 juta won atau sekitar Rp 173 juta kepada tiga pemain klub Ulsan Hyundai; Park Yong-woo, Lee Myung-jae, dan Lee Kyu-seong.
Ketiga pemain tersebut terbukti melakukan tindakan rasisme karena komentar-komentar rasis tentang kulit pemain Thailand, Sasalak Haiprakhon, yang pernah bergabung dengan tim tersebut dengan status pinjaman pada tahun 2021.
Hukuman yang terbilang besar, dan sekali lagi tanda bahwa sepakbola bersiap perang dengan isu rasisme dan sejenisnya. Kapten Timnas Indonesia, Asnawi Mangkualam yang kebetulan bermain di Liga Korea lantas memberikan komentar.
Pemain yang sudah dua tahun berkarir  di Korea Selatan dengan membela Ansan Greeners dan Jeonnam Dragons di Liga 2 Korea Selatan ini, mengatakan bahwa dirinya memang belum pernah mengalami perilaku rasis di K-League, dan berharap bahwa hal itu jangan terjadi.
Dengan elegan, Asnawi menyebutkan bahwa perbedaan memang ada, tetapi atas dasar saling menghormati antar sesama manusia, maka perbedaan ras dan segala sesuatunya seharusnya tidak menjadi persoalan.
"Saya percaya bahwa kita harus saling menghormati sebagai manusia yang hidup bersama. Ras, asal usul, dan daerah asal tidaklah penting, yang terpenting adalah hidup dengan saling menghormati satu sama lain,"kata Asnawi Mangkualam.
Dua peristiwa ini dan komentar Asnawi menyiratkan bahwa ada tugas tambahan dari para pemain kita ketika bermain di liga luar negeri. Selain mempertontonkan skill, para pemain kita juga perlu memperkenalkan budaya atau bahkan menjadi duta dari keragaman.
Meski terlihat sederhana, namun komentar Asnawi ini tentu lahir dari bagaimana dia menjadi saksi dari negaranya Indonesia tentang saling menghormati satu sama lain meski berbeda-beda. Artinya, komentar ini bukan komentar biasa, tetapi komentar penting ketika peristiwa rasialis itu terjadi.
Komentar elegan yang sangat baik dari Asnawi. Good Job!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H