Di posisi ini, sebelum kedatangan Rafael Struijk, timnas masih belum dapat pemain yang tepat, apalagi ketika Witan Sulaeman mulai tampil tak konsisten. Hanya persoalannya, Saddil tak fasih---karena di Sabah FC sudah "keenakan" bermain di sayap kanan.
Geraknya dapat ditebak. Menyisir dari pinggir kanan, lalu mulai bergerak tiba-tiba masuk ke tengah, dan melepas tendangan dengan kaki kirinya. Memang mudah ditebak.
Di timnas, rasa-rasanya baru Yakob Sayuri yang sreg dicoba STY di posisi berbeda.Â
Yakob Sayuri yang sebenarnya berada di posisi yang sama dengan Asnawi digeser STY menjadi gelandang tengah, dan tampil tak buruk. Di tulisan sebelumnya, saya memberi ide, bahwa sesekali STY dapat mencoba Yakob untuk menemani Dimas Drajad di depan.
Saddil jelas perlu belajar untuk menjadi seorang pemain versatile, jikalau tak mau terus-terusan emosi dicolek netizen.
Ketiga, kekuatan mental dan emosional dari Saddil Ramdani.Â
Mungkin ini subyektif, tapi menurut saya ini penting. Singkatnya begini, dari pengamatan amatir saya Saddil terlihat terlalu emosional jika berada di lapangan. Gampang tersulut emosi dan mudah mengundang emosi pemain lawan pula.
Ini tentu saja kontraproduktif apalagi melawan lawan yang lebih kuat dan mudah memancing emosi.Â
Jikalau terpancing, maka dampaknya adalah timnas akan bermain dengan pemain yang berkurang di lapangan dan akhirnya membuat tugas semakin sulit.
Pengalaman bermain di abroad, sebenarnya dapat memperbaiki hal-hal seperti ini. Akan tetapi, mesti diakui bahwa iklim sepakbola di Malaysia tak jauh berbeda dengan Indonesia, dan Saddil perlu terus belajar untuk menahan emosinya.
Beruntung bagi Saddil kemampuan individunya menutup hal emosional tadi, tetapi bagi pelatih berkelas seperti STY hal itu tentu akan menjadi pertimbangan utama karena akan mempengaruhi performa tima.