Lalu bagaimana dengan Saddil? Di formasi ini, Saddil jelas hanya berada di bench. Alasannya adalah Saddil yang beroperasi dari kanan, tidak mempunyai kemampuan bertahan yang cukup untuk ditempatkan di posisi yang dimainkan oleh Asnawi.
Selain mesti fasih membaca permainan, Saddil mesti dilengkapi dengan kemampuan tekel dan beradu bodi yang baik seperti Asnawi saat bertahan.
Memang hal ini tidak mudah bagi Saddil, karena di Sabah FC dia diberi kebebasan untuk bergerak untuk menyerang, sesuai dengan gaya bermainnya---inilah mengapa Saddil dapat tampil bersinar di Sabah FC.
Saddil cenderung lebih banyak akan berada di wilayah setengah lawan daripadan di wilayah bertahan sendiri.
Jika demikian mengapa Saddil dipanggil STY jika gaya bermainnya tidak cocok? Ini pertanyaan bagus.Â
Jika diperhatikan secara cermat, Saddil lebih sering muncul dari bangku cadangan atau bahkan sebagai starter jikalau timnas akan melawan tim yang lebih lemah atau sedang memburu kemenangan ketika ketinggalan.
Maksudnya seperti ini. Saddil diharap akan membuat lini depan Indonesia menjadi lebih tajam ketika berubah dari 3-5-2 menjadi 4-3-3. Trisula lini depan, sektor kanan menjadi milik Saddil. Hanya ya itu, formasi ini tidak menjadi default, hanya digunakan dalam keadaan tertentu saja.
Dua, Saddil bukanlah pemain yang versatile.Â
Istilah versatile jamak digunakan untuk pemain yang dapat tampil baik ketika dimainkan bukan di posisi aslinya. Posisi asli Saddil adalah penyerang sayap kanan.
Begini, Saddil dapat menjadi pilihan utama ketika mampu memainkan peran di sektor yang berbeda.Â
Ada beberapa pilihan, salah satu di antaranya adalah di skema 3-5-2, jika mampu, Saddil dapat bermain sebagai duet dari Dimas Dradjad di sektor depan.