Di kondisi inilah, Ivar Jenner berhasil dinaturalisasi. Tak tanggung-tanggung disebutkan bahwa Ivar Jenner adalah pemain "pesanan" STY agat proses naturalisasinya diberikan prioritas atau dipercepat.
Tujuannya tentu saja Kejuaraan FIFA U-20, sayangnya kejuaraan itu gagal dihelat di Indonesia, tetapi syukurnya adalah Ivar Jenner tetap dinaturalisasi, dan STY memasukkannya sebagai punggawa timnas senior.
Apakah kelebihan Jenner yang sedang membela klub Belanda, FC Utrecht U-21 di mata STY?
Jika berkaca pada laga melawan Argentina kemarin, maka profil Ivar Jenner dapat disebut sebagai puzzle yang hilang bagi duo Marc Klok dan Marselino Ferdinan.
Perhatikan saja bagaimana Jenner, Klok dan Marselino berotasi dengan cepat untuk membentuk rantai kokoh ketika bertahan ataupun bersegera untuk melakukan serangan balik.
Meski tak banyak memegang bola, namu cara trio ini bergerak membaca pertandingan dan menutup pergerakan pemain Argentina pantas diacungi jempol.
Ivar Jenner mampu memberikan jaminan keseimbangan bagi lini tengah Indonesia. Pivot diantara ketiganya berjalan dengan baik, baik ketika bertahan ataupun dalam transisi menyerang.
Di penghujung babak pertama, melalui pergerakan yang cerdas, menerima umpan Dimas Drajad tendangan Ivar Jenner hampir membobol gawang Emiliano Martinez.
Meski belum matang secara fisik, tapi kedewasaan bermain Ivar Jenner patut diacungi jempol. Dia mampu membaca laga, menutup lawan, dan memberikan kenyamanan bagi lini belakang Indonesia.
Jika MMI ini umpama dibandingkan dengan trio Casemiro, Luca Modric, dan Toni Kroos maka Ivar Jenner adalah Toni Kross. Artinya, Marc Klok adalah Casemiro dan Marselino adalah Luca Modric. Ketiganya dapat saling bantu dan saling menyokong dengan hebat.
Artinya apa? STY dapat tersenyum bahwa komposisi lini tengahnya hampir usai atau mendekati ideal setelah lini belakang yang semakin kokoh. Ini berarti PR STY tinggal lini depan saja, dengan menunggu duet Dimas Dradjad dan Rafael Struik dapat lebih harmonis bekerjasama