Tujuannya jelas untuk menjaga keseimbangan. Menurut saya, jikalau disainnya seperti itu maka jelas bahwa Ivar Jenner bermain cukup baik.
Jenner berhasil membaga pergerakan Giovani Lo Celso yang didaulat sebagai playmaker dan tiba-tiba sudah muncul di depan gawang Emiliano Martinez di penghujung babak pertama.Â
Jika tendangannya lebuh keras dan akurat, gawang Argentina dapat bobol, satu-satunya peluang on target bagi Indonesia di babak pertama.
Lalu bagaimana dengan Yakob Sayuri? Gaya bermain seperti apa yang diinginkan oleh STY. Menurut pengamatan saya, STY sangat menghargai kualitas Yakob, terutama kecepatannya, namun STY masih belum menemukan posisi yang tepat bagi Yakob untuk gaya main yang dia inginkan.
Jika di PSM, Yakob bermain sebagai wing-back atau penyerang sayap, maka ketika membela Timnas Indonesia, STY kerap mengganti peran-peran untuk Yakob Sayuri.
Terkadang Yakob menjadi bek kiri dalam skema 4-3-3 atau 4-4-2 mengganti peran Pratama Arhan, atau menjadi bek kanan mengganti peran Asnawi Mangkualam.Â
Ajaibnya, di beberapa partai terakhir, Yakob diperintah untuk bermain lebih ke tengah, menjadi gelandang dalam skema 5-3-2.
Ketika mengganti Ivar Jenner, maka Yakob Sayuri akan berdiri sejajar dengan Marck Klok dan Marselino Ferdinan. Aneh kan?
Dugaan saya begini. STY mengapresiasi kecepatan, akselerasi dan kemampuan shot dari jarak jauh Yakob Sayuri, tapi meragukan kemampuan bertahan Yakob, atau merasa ada yang lebih baik kemampuan defensifnya. Masuk akal kan?.
Ketika bertahan, apalagi melawan tim yang berpostur tinggi, Yakob nampaknya sulit melakukan duel udara, jika posisinya lebih dalam. Akan tetapi, menjaga agar Yakob tetap ke tengah, maka pilihannya adalah menjadi gelandang.
STY nampak berjudi dengan memasukkan Yakob Sayuri---kuatir pertahanan menjadi lebih lemah, namun papan skor memang mendukung itu.