Di beberapa lorong yang dulu nampak lapang, sudah diisi dengan barang-barang non buku, baik itu tas, boneka atau barang-barang lain yang tidak pernah terlihat waktu Gramedia hadir.
Akibatnya memang ya itu, tempat menjadi sedikit sempit, dan buku-buku nampak berkurang jumlahnya. Tidak banyak sih, tapi satu lantai kecil, yang dulu dipenuhi buku, sekarang sekitar dua pertiga, atau hampir setengah ruangan yang terisi buku.
Memang Gramedia nampaknya ingin berinovasi untuk menjaga keseimbangan pendapatan dan pengeluaran.
Tren lebih banyak keluarga yang datang mencari buku pelajaran untuk anak mereka, dimanfaatkan untuk berjualan tas dan semacamnya.
Saya ingat betul ditawarin program antar buku ke rumah dan lain sebagainya, tetapi saya kira, mungkin tidak signifikan berpengaruh terhadap pendapatan.
Akhirnya yang terlihat di Gramedia berbeda jauh dibandingkan bertahun-tahun lalu, Â karena pengurangan pegawai dan pendapatan yang berkurang itu.
Terkadang, pria berkostum Satpam mesti datang mendampingi konsumen ketika sedang melihat-lihat buku.
Nampaknya bukan untuk kepentingan keamanan, tetapi berperan ganda sebagai pendamping konsumen. Kadang-kadang saya terganggu didampingi pria berseragam sekuriti, bukan karyawati berbaju biru. Tapi ya memang harus begitu.
Di lantai paling atas, dimana banyak buku-buku pengembangan diri, yang dulu bisa ada lima atau enam pegawai disana, sekarang tinggal satu orang saja.Â
Saya bahkan kadang mengira tidak ada siapa-siapa di lantai itu, jikalau sang karyawan sedang duduk menata buku di sudut ruangan.
Jika sang karyawan muncul tiba-tiba, saya bahkan kaget, jika hanya berdua di lantai itu.Â