Hancur hati Issara Sritaro. Pelatih muda Thailand itu tahu bahwa ketika skor berubah imbang 2-2, dewa momentum berada di titik netral, belum jelas kemana dan siapa akan berpihak. Pasukan Gajah Perang atau Garuda Muda. Namun tidak juga salah jikalau irama hati Sritaro ber-asa risalah momentum itu seharusnya memihak Thailand.
Apa pasalnya? Ketinggalan dengan dua gol, lalu dapat menyamakan kedudukan, serasa menggiring bahwa digdaya 16 gelar Sea Games Thailand akan kembali. Ketika Sang lawan--Indonesia risau akan skor sama , sebaliknya Sritaro berada di titik puncak percaya diri.
Itulah yang mungkin membuat Sritaro lepas tangan tak mencegah pemainnya untuk melakukan selebrasi "lupa diri" mengelilingi Olympic Phnom Penh. Senyum tipisnya bahkan menyertai rombongan anak asuhnya yang berlari melewati tribun pemain Indonesia. Tak peduli sesak napas, dan juga geram hati sang rival karena terjebak melakukan selebrasi kemenangan prematur beberapa detik sebelumnya.
Tapi apa daya. Sritaro menjadi saksi bahwa momentun itu dapat berubah 180 derajat. Menyilih kejam pada dirinya. Di titik itu, Sritaro tak mampu percaya bahwa di awal babak extra time, Â salah satu dari duo menara kembar andalannya di lini pertahanan melakukan kesalahan fatal.
Bola tak mampu dikontrol, berbalik arah, seperti ingin menjumpai kaki pemain berkostum merah bukan biru. Â Alhasil, striker timnas Indonesia, Irfan
Jauhari mampu mencuri bola, melakukan sprint dan bahkan mencetak gol berkelas melalui bola lob yang matang. Ala-ala striker Real Madrid, Karim Benzema.
"Seharusnya Irfan Jauhari tak bisa melakukan itu", begitu mungkin gumam Sritaro dalam hati. Banyak yang setuju tentunya, baik kawan maupun lawan. Sejak masuk menggantikan Ramadhan Sananta tak lama setelah babak kedua bergulir, Irfan tampil memang tak istimewa.
Irfan terlihat tak kuat beradu fisik seperti Ramadhan, dan bukan itu saja, jika Ramadhan mau dan mampu menciptakan peluang bagi rekan setimnya, maka beberapa kali setelah masuk, Irfan nampak egois, mungkin berharap dapat juga dielukan bak pahlawan seperti Ramadhan, jikalau Indonesia menang.
Bahkan, sebelum gol dramatis penyama kedudukan Thailand itu terjadi, Irfan terlibat skema yang seharusnya membuat dirinya mengirim bola pada Fajar, tapi Irfan memilih mengeksekusi sendiri.
Akan tetapi siapa sangka. Irfan yang tampak tak andal itulah yang dipilih sang momentum untuk merubah pertandingan. Siapa yang mengira, ketika Sritaro dan Thailand Biru nampak akan membalikan keadaan, Irfan mendapat bola gratis hasil kecerobohan pemain belakang Thailand.