Bahkan, Irfan yang tampak tak presisi sepanjang laga, sekejap berubah menjadi bak Karim Benzema atau Erling Haaland, yang presisi, tajam dan mencetak gol dengan keindahan yang elok dipandang.
Menggiring bola dengan kecepatan, lob kaki kirinya melambung menghujam ke gawang Thailand.
Gol yang membuat para pemain dan ofisial Indonesia bersorak, yang akhirnya tak sengaja mengundang emosi ofisial dan pemain Thailand yang berubah ringan saling memberikan bogem.
Sritaro sibuk memisahkan kericuhan, begitu juga coach Indra Sjafri. Akan tetapi lihat Irfan Jauhari. Masih berlutut, seperti tak percaya, dirinya mampu mencetak gol sepenting dan seindah itu.
Momentum memang tak dapat ditebak kapannya terjadi, bahkan kuantitas keberpihakan tak menentukan, Thailand runtuh sesudah itu. Sedangkan pemuda berusia 22 tahun bernama Irfan Jauhari itu juga terjebak tanya, mengapa momentum itu memilih dirinya.
"Gol ketiga Indonesia menghancurkan kami" begitu kira-kira ungkapan hati Sritaro, ketika ditanya momen dimana, dirinya mengira bahwa laga sudah usai bagi anak asuhnya.
Firasat Sritaro memang membuatnya gundah gulana. Bahkan ketika mesti bersalaman setelah kericuhan terjadi, coach Indra Sjafrie melakukan salam namaste, dan Sritaro hanya terdiam, minim reaksi, mungkin maklum bahwa laga sebenarnya sudahlah usai.
Tambahan dua kartu merah membuat Thailand bermain dengan 8 orang melawan 10 pemain Indonesia. Bahkan ketika skor berubah menjadi 5-2, dan pemainnya nampak ada yang sudah terkapar, Sritaro hanya bisa menunduk.Â
Setelah peluit panjang terdengar, Irfan Jauhari menari-nari bersama rekan setimnya, sedangkan Sritari berjalan lunglai ke dalam lapangan. Dalam hatinya berujar  Que sera-sera, whatever will be will be. Sritaro tahu dirinya terancam dipecat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H