Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hancur Hati Pelatih Thailand, Irfan Jauhari dan Momentum yang Tak Biasa

17 Mei 2023   17:15 Diperbarui: 17 Mei 2023   17:20 27803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatih Timnas U-23 Thailand, Issara Sritaro. (Sumber: Twitter/@Changsuek_TH) via Kompas.com

Hancur hati Issara Sritaro. Pelatih muda Thailand itu tahu bahwa ketika skor berubah imbang 2-2, dewa momentum berada di titik netral, belum jelas kemana dan siapa akan berpihak. Pasukan Gajah Perang atau Garuda Muda. Namun tidak juga salah jikalau irama hati Sritaro ber-asa risalah momentum itu seharusnya memihak Thailand.

Apa pasalnya? Ketinggalan dengan dua gol, lalu dapat menyamakan kedudukan, serasa menggiring bahwa digdaya 16 gelar Sea Games Thailand akan kembali. Ketika Sang lawan--Indonesia risau akan skor sama , sebaliknya Sritaro berada di titik puncak percaya diri.

Itulah yang mungkin membuat Sritaro lepas tangan tak mencegah pemainnya untuk melakukan selebrasi "lupa diri" mengelilingi Olympic Phnom Penh. Senyum tipisnya bahkan menyertai rombongan anak asuhnya yang berlari melewati tribun pemain Indonesia. Tak peduli sesak napas, dan juga geram hati sang rival karena terjebak melakukan selebrasi kemenangan prematur beberapa detik sebelumnya.

Tapi apa daya. Sritaro menjadi saksi bahwa momentun itu dapat berubah 180 derajat. Menyilih kejam pada dirinya. Di titik itu, Sritaro tak mampu percaya bahwa di awal babak extra time,  salah satu dari duo menara kembar andalannya di lini pertahanan melakukan kesalahan fatal.

Bola tak mampu dikontrol, berbalik arah, seperti ingin menjumpai kaki pemain berkostum merah bukan biru.  Alhasil, striker timnas Indonesia, Irfan

Jauhari mampu mencuri bola, melakukan sprint dan bahkan mencetak gol berkelas melalui bola lob yang matang. Ala-ala striker Real Madrid, Karim Benzema.

"Seharusnya Irfan Jauhari tak bisa melakukan itu", begitu mungkin gumam Sritaro dalam hati. Banyak yang setuju tentunya, baik kawan maupun lawan. Sejak masuk menggantikan Ramadhan Sananta tak lama setelah babak kedua bergulir, Irfan tampil memang tak istimewa.

Irfan terlihat tak kuat beradu fisik seperti Ramadhan, dan bukan itu saja, jika Ramadhan mau dan mampu menciptakan peluang bagi rekan setimnya, maka beberapa kali setelah masuk, Irfan nampak egois, mungkin berharap dapat juga dielukan bak pahlawan seperti Ramadhan, jikalau Indonesia menang.

Bahkan, sebelum gol dramatis penyama kedudukan Thailand itu terjadi, Irfan terlibat skema yang seharusnya membuat dirinya mengirim bola pada Fajar, tapi Irfan memilih mengeksekusi sendiri.

Akan tetapi siapa sangka. Irfan yang tampak tak andal itulah yang dipilih sang momentum untuk merubah pertandingan. Siapa yang mengira, ketika Sritaro dan Thailand Biru nampak akan membalikan keadaan, Irfan mendapat bola gratis hasil kecerobohan pemain belakang Thailand.

Bahkan, Irfan yang tampak tak presisi sepanjang laga, sekejap berubah menjadi bak Karim Benzema atau Erling Haaland, yang presisi, tajam dan mencetak gol dengan keindahan yang elok dipandang.

Menggiring bola dengan kecepatan, lob kaki kirinya melambung menghujam ke gawang Thailand.

Gol yang membuat para pemain dan ofisial Indonesia bersorak, yang akhirnya tak sengaja mengundang emosi ofisial dan pemain Thailand yang berubah ringan saling memberikan bogem.

Sritaro sibuk memisahkan kericuhan, begitu juga coach Indra Sjafri. Akan tetapi lihat Irfan Jauhari. Masih berlutut, seperti tak percaya, dirinya mampu mencetak gol sepenting dan seindah itu.

Momentum memang tak dapat ditebak kapannya terjadi, bahkan kuantitas keberpihakan tak menentukan, Thailand runtuh sesudah itu. Sedangkan pemuda berusia 22 tahun bernama Irfan Jauhari itu juga terjebak tanya, mengapa momentum itu memilih dirinya.

"Gol ketiga Indonesia menghancurkan kami" begitu kira-kira ungkapan hati Sritaro, ketika ditanya momen dimana, dirinya mengira bahwa laga sudah usai bagi anak asuhnya.

Firasat Sritaro memang membuatnya gundah gulana. Bahkan ketika mesti bersalaman setelah kericuhan terjadi, coach Indra Sjafrie melakukan salam namaste, dan Sritaro hanya terdiam, minim reaksi, mungkin maklum bahwa laga sebenarnya sudahlah usai.

Tambahan dua kartu merah membuat Thailand bermain dengan 8 orang melawan 10 pemain Indonesia. Bahkan ketika skor berubah menjadi 5-2, dan pemainnya nampak ada yang sudah terkapar, Sritaro hanya bisa menunduk. 

Setelah peluit panjang terdengar, Irfan Jauhari menari-nari bersama rekan setimnya, sedangkan Sritari berjalan lunglai ke dalam lapangan. Dalam hatinya berujar  Que sera-sera, whatever will be will be. Sritaro tahu dirinya terancam dipecat.  

Sumber 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun