Tentu saja tidak seperti itu ferguso!. Marselino berkembang dengan baik di level Yunior, lalu masuk tim senior, mendapat menit bermain yang cukup, membuktikan kepantasan dan dipanggil Shin Tae-yong ke Senior Team sebagai harga dari kepantasan itu.
Menit bermain yang lebih dari cukup itu menempa mental Marselino. Marsel disebut banyak pengamat bermain lebih dewasa dari usianya. Yang berarti, jika memilih untuk menempa diri ke Eropa, Marsel sudah cukuplah siap.
Kedua, posisi bermain Marselino nampaknya lebih akan bertahan lama dari Egy dan Witan. Menurut saya tak mudah bagi Egy dan Vikri di posisi penyerang untuk bersaing di Eropa.
Otot mereka belumlah siap untuk bertarung keras dengan bek-bek jangkung khas Eropa, dan akhirnya tak kompetitif dan memilih pulang. Marselino? Saya kira untuk alas optimisme, posisi gelandang lebih tahang banting.
Marselino mungkin akan dinilai soal visi bermain terlebih dahulu, daripada dinilai adu lari atau adu bodi dengan bek lawan. Untuk ini, saya kira Marselino sudah punyai kelebihannya sendiri.
Pemandu bakat KMSK Deinze juga saya yakin melihat hal serupa.Â
Pengalaman Egy dan Witan tentu saja dijadikan panduan dalam merekrut Marselino, sehingga tak heran Deinze dengan percaya diri dalam rilis resminya mengatakan bahwa mereka bersyukur telah mendapatkan satu talenta menjanjikan dalam diri Marselino.
Pernyataan ini tentu saja berarti bahwa KMSK Deinze hanya ingin menambah follower sosial media saja ketika mendatangkan Marselino, tetapi yakin kehadiran Marselino akan membantu Deinze untuk merangkak naik dari peringkat delapan di Liga 2 Belgia.
Ah, saya kira cukup sudah ulasan yang biasa ini, tentu saja dengan mengakhirinya dengan konklusi doa baik. Agar Marselino sukses di Eropa, dan Egy Vikri dan Witan Sulaeman dapat bermain apik di Liga Indonesia, dan akhirnya dilirik klub luar negeri. Begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H