Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Salahkan Rumput Stadion My Dinh, Shin Tae-yong Mulai Frustrasi?

10 Januari 2023   22:12 Diperbarui: 11 Januari 2023   10:30 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekspresi Shin Tae-yong kala memberikan instruksi kepada anak asuhnya dalam laga leg kedua semifinal Piala AFF 2022 antara Vietnam vs Indonesia di Stadion My Dinh, Hanoi, 9 Januari 2023. (Dok. PSSI via kompas.com)

Saya kira saya termasuk mayoritas yang memuja Shin Tae-yong sebelum Piala AFF 2022 ini. Kekaguman itu jelas muncul karena cara Tae-yong yang menurut saya cespleng ketika membesut Asnawi cs di Piala AFF 2021.

Meski juga gagal saat itu, kita disajikan penampilan timnas yang menghibur dan menjanjikan. Itulah yang membuat kegagalan menjadi juara karena dihempaskan Thailand di final, tidak memberi luka lebih dalam, karena saya terlampau yakin, timnas akan menjadi juara di AFF 2022 kali ini.

Sayang beribu sayang. Indonesia kembali gagal. Saya kecewa, karena capaian lebih buruk dibandingkan AFF 2021 karena bukan saja tersingkir lebih awal di semifinal, tetapi juga tidak memberikan penampilan di lapangan hijau yang lebih baik daripada AFF 2021.

Maksud saya begini. Shin Tae-yong dicintai karena begitu detil soal penampilan di lapangan. Pemain dibuatnya bermain atraktif dengan skema permainan yang terlihat perlahan mulai matang.

Secara karakter, Shin Tae-yong juga tak banyak cakap, lebih suka bicara hal teknis daripada hal teknis, dan belum menjadi bintang iklan saat itu dan belum terlalu mesra dengan petinggi PSSI.

Itulah yang saya kira membuat Tae-yong dicintai. Karena fokus memikirkan hal teknis daripada hal-hal yang lain. 

Akan tetapi, di turnamen kali ini hal ini tidak terlihat, Shin Tae-yong seperti menjadi pribadi yang berbeda, karena terlalu sibuk dengan hal-hal non teknis.

Bukan saja ketika Tae-yong masih sibuk memosting di sosmed tentang kelakuan Van Hau-- pemain bernomor punggung lima Vietnam yang memang brutal itu, tetapi setelah disingkirkan dari Vietnam, Tae-yong masih sibuk menyalahkan rumput di Stadion My Dinh.

What? Ayolah, bukannya mulai mengevaluasi dari dari dalam, Tae-yong mengeluarkan energi yang tak perlu. Di sumber berita yang saya baca, bahkan eks pelatih Thailand, Steve Darby menyindir kelakuan Tae-yong.

Menurut Darby, alasan Tae-yong sangat tidak meyakinkan, karena timnas Indonesia diberikan waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan kondisi lapangan. 

Shin Tae-yong berlutut dan tertunduk di Piala AFF 2022 I Gambar : Tribunnews
Shin Tae-yong berlutut dan tertunduk di Piala AFF 2022 I Gambar : Tribunnews

Bukan hanya Darby, bek naturalisasi timnas saja, Jordi Amat merasa bahwa tak ada masalah dengan rumput Vietnam. Meski tidak sebagus di GBK, tapi  masih layak untuk mempertandingkan laga.

Jika demikian, mengapa Tae-yong menyibukan diri dengan menyalahkan hal yang tak perlu itu atau bisa dibilang telah offside?

Saya kira ada dua alasan yang bisa dikemukakan. Pertama, Shin Tae-yong masih belum lepas dari perang urat syarat dengan Vietnam meski laga telah usai. Kubu Park Hang Seo di Vietnam memang lihai soal ini.

Park Hang Seo memang paling suka menyinggung hal-hal non teknis untuk mempengaruhi mental lawannya. Sebelum laga, Hang Seo malah mengatakan bahwa akan mundur jika kalah dari Indonesia. Cara menganggap remeh untuk memanas-manasi kubu lawan.

Menurut saya, ini perlu disudahi. Tak ada waktu untuk menyalahkan hal tak perlu, karena perlu segera dilakukan evaluasi menyeluruh agar timnas dapat tampil baik lagi di masa depan.

Kedua, bisa saja ini tanda bahwa Shin Tae-yong sudah mulai frustrasi dengan kegagalan memenuhi target menjadi juara bagi timnas.

Keputusan meminang Tae-yong jelas adalah keputusan dengan harga yang mahal. Tae-yong adalah pelatih berlevel Piala Dunia, karena itu ketika PSSI dan Tae-yong bersepakat, sederhananya sebagai berikut. PSSI memberikan uang banyak, Tae-yong memberikan janji prestasi.

Lalu apakah itu sudah terwujud? Jawabannya jelas belum, padahal mungkin janji Tae-yong sudah terlanjur muluk, juara di Piala AFF secepat mungkin, tapi sayang, dua piala AFF sudah berlalu dengan nihil juara.

Tae-yong bisa saja akhirnya menjadi frustrasi. Apalagi penampilan anak-anak asuhnya juga tidak berkembang lebih baik dari AFF 2021. 

Tae-yong bahkan terbilang gagal memotivasi pemain yang bermain abroad, seperti Asnawi, Pratama Arhan. Witan dan Egy Vikri untuk memberikan kemampuan terbaik mereka. Gagal yang berbuah frustrasi.

Lalu bagaimana selanjutnya jika kedua kondisi ini sudah nyata terjadi? Bagi saya sederhana saja, berikan kesempatan di Piala Asia nanti.

Tentu tak perlu menjadi juara, tapi jika penampilannya sama dengan AFF 2022 ini, artinya tidak berkembang, maka saya kira kefrustrasian Tae-yong memberi tanda bahwa waktunya bersama timnas sudah hampir usai. Begitu saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun