Bukan hanya Darby, bek naturalisasi timnas saja, Jordi Amat merasa bahwa tak ada masalah dengan rumput Vietnam. Meski tidak sebagus di GBK, tapi  masih layak untuk mempertandingkan laga.
Jika demikian, mengapa Tae-yong menyibukan diri dengan menyalahkan hal yang tak perlu itu atau bisa dibilang telah offside?
Saya kira ada dua alasan yang bisa dikemukakan. Pertama, Shin Tae-yong masih belum lepas dari perang urat syarat dengan Vietnam meski laga telah usai. Kubu Park Hang Seo di Vietnam memang lihai soal ini.
Park Hang Seo memang paling suka menyinggung hal-hal non teknis untuk mempengaruhi mental lawannya. Sebelum laga, Hang Seo malah mengatakan bahwa akan mundur jika kalah dari Indonesia. Cara menganggap remeh untuk memanas-manasi kubu lawan.
Menurut saya, ini perlu disudahi. Tak ada waktu untuk menyalahkan hal tak perlu, karena perlu segera dilakukan evaluasi menyeluruh agar timnas dapat tampil baik lagi di masa depan.
Kedua, bisa saja ini tanda bahwa Shin Tae-yong sudah mulai frustrasi dengan kegagalan memenuhi target menjadi juara bagi timnas.
Keputusan meminang Tae-yong jelas adalah keputusan dengan harga yang mahal. Tae-yong adalah pelatih berlevel Piala Dunia, karena itu ketika PSSI dan Tae-yong bersepakat, sederhananya sebagai berikut. PSSI memberikan uang banyak, Tae-yong memberikan janji prestasi.
Lalu apakah itu sudah terwujud? Jawabannya jelas belum, padahal mungkin janji Tae-yong sudah terlanjur muluk, juara di Piala AFF secepat mungkin, tapi sayang, dua piala AFF sudah berlalu dengan nihil juara.
Tae-yong bisa saja akhirnya menjadi frustrasi. Apalagi penampilan anak-anak asuhnya juga tidak berkembang lebih baik dari AFF 2021.Â
Tae-yong bahkan terbilang gagal memotivasi pemain yang bermain abroad, seperti Asnawi, Pratama Arhan. Witan dan Egy Vikri untuk memberikan kemampuan terbaik mereka. Gagal yang berbuah frustrasi.