Jelas sekali tidak. Sisi kiri dan kanan Argentina menjadi lebih mudah dieksploitasi, karena ketika kelelahan, kedua pemain ini bermain terlalu ke dalam.
Imbasnya, Australia menjadi lebih mudah menguasai bola, dan lebih rajin menyisir kedua sektor ini. Melihat ini, Lionel Scaloni, pelatih Argentina sempat melakukan pergantian pemain, Tagliafico dimasukan lebih dulu menggantikan Acuna, dan Montiel mengganti Acuna.
Cukup berhasil, meskipun area itu belum tertutup rapi. Beruntung bagi Argentina, Australia tidak mempunyai pemain sayap dengan level tinggi, jikalau ada, saya kira, transisi yang gagal ini, bisa membuat Argentina akan dibuat kepayahan.
Perlu hati-hati di laga selanjutnya, karena Belanda suka bermain dengan eksploitasi sayap, jika salah melakukan pendekatan defensif seperti ini, Argentina bisa dibuat kalang kabut oleh De Oranje.
Kedua, lini tengah yang belum sempurna. Rodrigo De Paul, Enzo Fernandez dan McAllister membuat warna berbeda. Jelas kehadiran mereka lebih baik, terutama Fernandez, jika dibandingkan dengan Leandro Paredes.
Fernandez jelas memberikan tambahan tenaga, dan kemampuan untuk mengcover lini pertahanan, dibandingkan dengan Paredes yang jelas lebih stylish tapi lemah dalam bertahan. Meski demikian rotasi pivotal, antara ketiga pemain tetap diharapkan oleh Scaloni untuk mencaja compactness, kerapatan di lini tengah.
Untuk ini, jika jeli diperhatikan, maka khususnya Rodrigo de Paul, jelas beberapa kali out of the position, ketika transisi terjadi, saat menyerang atau bertahan. Ketika itu terjadi, banyak ruang kosong yang diberikan untuk para pemain Australia membuild up serangan mereka, padahal Rodrigo mesti bergotong royong dengan Fernandez menjadi pemutus serangan.
Rantai ini teramat penting, karena ketika itu berjalan, kolektifitas permain Argentina akan terlihat menuju kesempurnaan.
Mengapa ini begitu penting bagi saya? Begini. Bagi saya, keseimbangan atau balance, adalah modal yang mesti dimiliki oleh calon juara. Berkaca pada Perancis di Piala Dunia 2018, maka ini terlihat jelas.
Kita akan melupakan kebintangan Kylian Mbappe bahkan seorang Paul Pogba, karena kita akan mengingat bagaimana Ngolo Kante, menjadi aktor penting menjaga keseimbangan dari lini belakang tengah menuju depan. Keseimbangan yang rasanya masih perlu ditagih dari Argentina, melalui peran para pemain tengahnya, jika ingin menjadi juara.
Ketiga, ketergantungan kepada seorang Lionel Messi. Jika ada yang bertanya kepada saya, apakah salah menggantungkan harap kepada Messi? Saya jelas akan mengatakan, tentu saja tidak. Hanya saya perlu mengingatkan, bahwa ketergantungan kepada Messi bisa menjadi bumerang bagi Argentina.