Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Misteri Senyum "Tak Bahagia" Luis Enrique di Gol Ketujuh Spanyol

24 November 2022   10:22 Diperbarui: 24 November 2022   10:33 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di menit ke 90+2, striker murni milik tim nasional Spanyol, Alvaro Morata melakukan sentuhan cantik one two dengan Dani Olmo, diakhiri dengan tendangan kaki kiri akurat yang membuat bola menghujam masuk ke gawang Keylor Navas untuk ketujuh kalinya.

Para pemain Spanyol kembali berpelukan, tersenyum bahagia. Mereka seperti juga penonton, terhibur dan terpuaskan dengan gelontoran gol yang lebih dari setengah lusin tersebut.

Sekejap, kamera lantas bergerak ke arah bench Spanyol. Allenatore La Furia Roja, Luis Enrique sedang terduduk. Enrique, terlihat tersenyum kecil saja, bahkan tak bangkit dari tempat duduknya.

Ekspresi yang jauh berbeda dari sebelumnya. Hitungan saya, di empat gol pertama, Enrique bahkan terlihat bersorak. Tapi ini berbeda. 

Ada apa dengan Luis Enrique, mengapa terlihat "tak bahagia" di balik senyumannya itu?

Saya mencoba menafsirkannya,  dan supaya lebih mudah, saya narasikan dari yang paling ringan, non teknis sampai di soal taktikal, yang menurut saya pada akhirnya bisa menjadi alasan paling kuat di balik senyuman tersebut.

Mari kita mulai.

Pertama, ada pamali yang dikuatirkan oleh Luis Enrique.  Secara historis, gelontoran gol yang banyak sekali bisa menjadi pertanda tak baik bagi timnas Spanyol.

Lihat saja, di masa keemasan mereka meraih gelar di perhelatan Piala Dunia 2010, berapa jumlah gol yang dicetak La Furia Roja? Hanya delapan biji gol yang bersarang di tim lawan.

Artinya, tujuh gol kali ini hanya berselisih satu gol dengan jumlah gol di Piala Dunia 2010 itu, dengan hanya satu pertandingan yang dilakoni.

Seingat saya, di 2010, Spanyol tidak menonjolkan agresifitas mereka, tetapi soal keseimbangan dalam patron tiki taka, ball possession yang begitu hebatnya.

Jika saya bisa gambarkan, seperti bermain bola dengan anak-anak kecil, dibuat berputar kesana-kemari, sampai pusing, dan saat itu bola lalu dimasukan ke gawang. Cukup delapan gol saja untuk menjadi juara Piala Dunia!.

Lalu apa masalahnya? Perlahan, kita coba masuk ke hal yang lebih teknis, dan taktikal.

Poin utama menurut saya adalah Luis Enrique sebenarnya tidak mau timnya terlalu agresif. Lebih lama menguasai bola yes, transisi antar pemain berjalan rapi yes, tetapi terlalu agresif no.

Begini. Di babak pertama, jelas sekali Luis Enrique bermain dengan false nine, dengan tiki taka yang terbilang teramat rapi. Peran nomor 9 diperankan Gavi, lalu Pedri, Assensio, Ferran Torres dan Dani Olmo akan berputar berputar.

Peran nomor 9 yang salah---false nine, oleh Gavi itu berjalan hampir sempurna.

Gavi sesekali menjemput bola jauh ke belakang, yang berarti menarik bek tengah Kosta Rika, dan menghasilkan lubang kosong yang dapat bergantian dimanfaatkan Dani Olmo atau Marco Assensio.

Poinnya bukan itu saja. Yang membuat saya lebih takjub adalah soal peran baru gelandang jangkar Manchester City, Rodrigo.

Rodri dalam laga ini dimainkan sebagai bek tengah oleh Luis Enrique. Artinya, Rodri dan Sergio Busquets bermain bersama.

Padahal banyak yang ragu bahwa duo ini dapat bekerja sama dengan baik. Yang saya  yakini dari pilihan tak biasa dari Enrique ini adalah, dia ingin memastikan aliran bola bergerak lebih teratur dengan dominasi yang berlebih. Bukan di lini tengah saja, tapi dari belakang.

Ketika bola dibalikan Busquets ke Rodri, bukan karena ketakutan dipressing lawan, bahkan menjadi cara yang tak biasa untuk memulai serangan. Rodri terlihat sebagai playmaker, di beberapa situasi. Bek tengah, menguasai bola seperti seorang playmaker.

Dalam skema ini, Spanyol unggul tiga gol tanpa balas di babak pertama.

Sekarang perhatikan perubahan di babak kedua. Sesudah Busquets, Pedri, Feran Torres dan Asensio keluar dan diganti oleh Morata, Koke, Soler dan sayap muda cepat, Nico Williams.

Ada yang berbeda dari gaya bermain Spanyol.

Tetap nampak ada dominasi atas Kosta Rika yang nampak sudah kehilangan kepercayaan diri, namun aliran bola dengan tiki taka, penguasaan bola Sudah tereduksi, dan berubah menjadi direct ball.

Bola sudah menjadi lebih cepat dialirkan ke Alvaro Morata dan Williams, daripada diputar kesana kemari. Morata dan Williams sering menggunakan kecepatannya, untuk membelah lini tengah atau menyisir bak seorang sprinter dari sisi sayap.

Secara hasil, efektif. Empat gol bertambah di babak kedua. Tetapi dari sisi permainan yang diinginkan oleh Enrique, ini dapat menimbulkan persoalan dalam laga selanjutnya bagi Spanyol.

Maksud saya begini. Pilihan direct ball, jelas lebih mudah dibaca. Di gelaran Piala Eropa lalu misalnya, salah satu alasan Spanyol tersingkir karena striker murni seperti Morata mudah ditebak geraknya. 

Bukan itu saja, mengalirkan bola secara cepat, beresiko kelabakan ketika tim melakukan serangan balik.

Beruntung bagi Spanyol, pemain sayap cepat Kosta Rika Joel Campbell sudah menua, kecepatannya juga sudah menurun, jika tidak, akan ada persoalan bagi Spanyol.

Mengapa demikian? Pergerakan individu yang keluar dari rantai aliran bola sangat rentan mendapatkan serangan balik, karena tidak ada back up dari pemain posisi berdekatan.

Syukur bagi Spanyol, kualitas Kosta Rika tak sampai di level itu untuk menghukum Spanyol, seperti yang dilakukan oleh Jepang terhadap Jerman.

Pasca laga ini, Luis Enrique akan berpikir keras. Skema babak pertama atau babak kedua yang akan dia pilih melawan Jepang dan Jerman nanti.

Menurut saya Luis Enrique mesti jeli, jelas sekali Jepang dan Jerman memiliki karakteristik yang berbeda. False nine dengan tiki taka, atau direct ball. 

Artinya, kemenangan tujuh gol belum menjadi jaminan bagi kebahagiaan seorang Luis Enrique. Kita tunggu saja, bagaimana nanti di laga selanjutnya melawan Jerman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun