Seingat saya, di 2010, Spanyol tidak menonjolkan agresifitas mereka, tetapi soal keseimbangan dalam patron tiki taka, ball possession yang begitu hebatnya.
Jika saya bisa gambarkan, seperti bermain bola dengan anak-anak kecil, dibuat berputar kesana-kemari, sampai pusing, dan saat itu bola lalu dimasukan ke gawang. Cukup delapan gol saja untuk menjadi juara Piala Dunia!.
Lalu apa masalahnya? Perlahan, kita coba masuk ke hal yang lebih teknis, dan taktikal.
Poin utama menurut saya adalah Luis Enrique sebenarnya tidak mau timnya terlalu agresif. Lebih lama menguasai bola yes, transisi antar pemain berjalan rapi yes, tetapi terlalu agresif no.
Begini. Di babak pertama, jelas sekali Luis Enrique bermain dengan false nine, dengan tiki taka yang terbilang teramat rapi. Peran nomor 9 diperankan Gavi, lalu Pedri, Assensio, Ferran Torres dan Dani Olmo akan berputar berputar.
Peran nomor 9 yang salah---false nine, oleh Gavi itu berjalan hampir sempurna.
Gavi sesekali menjemput bola jauh ke belakang, yang berarti menarik bek tengah Kosta Rika, dan menghasilkan lubang kosong yang dapat bergantian dimanfaatkan Dani Olmo atau Marco Assensio.
Poinnya bukan itu saja. Yang membuat saya lebih takjub adalah soal peran baru gelandang jangkar Manchester City, Rodrigo.
Rodri dalam laga ini dimainkan sebagai bek tengah oleh Luis Enrique. Artinya, Rodri dan Sergio Busquets bermain bersama.
Padahal banyak yang ragu bahwa duo ini dapat bekerja sama dengan baik. Yang saya  yakini dari pilihan tak biasa dari Enrique ini adalah, dia ingin memastikan aliran bola bergerak lebih teratur dengan dominasi yang berlebih. Bukan di lini tengah saja, tapi dari belakang.
Ketika bola dibalikan Busquets ke Rodri, bukan karena ketakutan dipressing lawan, bahkan menjadi cara yang tak biasa untuk memulai serangan. Rodri terlihat sebagai playmaker, di beberapa situasi. Bek tengah, menguasai bola seperti seorang playmaker.