Karena itu, saya cenderung memilih Argentina menjadi Belanda saat menghadapi Senegal, daripada Inggris yang super agresif.
Maksud saya begini. Skor besar tidaklah lebih penting, daripada kita menikmati transisi apik ketika bertahan dan menyerang. Hal yang selama ini sudah ditunjukan Argentina, yang klimaksnya ketika berhasil menjadi juara Copa America edisi terakhir.
Kita melihat Argentina yang lebih kolektif. Sang mega bintang, Lionel Messi tetap dipuja, tapi ketika bermain bersama 10 orang lain, Messi merendahkan dirinya untuk menjadi playmaker, menjemput bola, singkat kata mau bermain untuk tim.
Messi di laga nanti tak perlu melewati 6 orang pemain untuk dipuja-puji, karena tanpa itu, Messi sudah dianggap sebagai pemain terbaik jagat ini pada masanya. Messi hanya perlu memastikan bahwa perannya efektif dalam berbagai situasi.
Inilah yang perlu kita nantikan. Melihat Argentina yang kolektif saat bertahan dan menyerang. Belanda nampak "hanya" menang dengan marjin dua gol saja, tetapi clean sheet diraih bukan dengan mudah.
Kita bisa melihat bagaimana rantai lini antar pemain Belanda nampak cukup rapi, dan itulah yang menyebabkan ketika Belanda kehilangan bola, Senegal juga tak dapat cepat menciptakan peluang atau mencetak gol.
Di titik inilah, saya kira Argentina yang dinantikan dalam laga pertama nanti adalah Argentina yang sudah matang dalam hal tersebut.
Laga perdana, siapapun lawannya bukanlah laga yang mudah, namun jika Argentina dapat tampil kolektif dan seimbang, Argentina sudah menapak dengan tepat menghadapi laga-laga selanjutnya. Juara Piala Dunia 2022 seperti prediksi para pandit, amat mungkin terjadi.
Begitu saja. Salam bola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H