Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dihajar Vietnam 0-3, Ini 3 Keanehan Taktik dari Shin Tae-yong

6 Mei 2022   21:47 Diperbarui: 7 Mei 2022   01:43 2064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ricky Kambuaya (tengah)  Gambar :  ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.(Aditya Pradana Putra) via Kompas.com

Rizki Ridho terjatuh karena digocek, lalu salah halau bola dari Fachrudin malah masuk ke gawang sendiri sehingga skor menjadi 0-3 bagi Vietnam, lengkap sudah penderitaan. Keinginan saya untuk menutup libur lebaran dengan kemenangan timnas U-23 di arena SEA Games 2021 ini, buyar, hancur lebur.

Saya juga menyesal karena sempat mengaminkan kata-kata komentator bola kita soal timnas (yang memang sering begitulah) di awal laga yang mengatakan bahwa timnas kali ini beda dengan yang lalu-lalu, sehingga Vietnam dapat dikalahkan. Aihh, tolonglah lain kali jangan begitulah.

Tapi sudahlah. Kembali ke jalannya laga. To the point saja, ada apa dengan timnas, apa yang salah dengan taktik dari Shin Tae-yong, yang kini sudah sering mengisi iklan di layar televisi itu. Saya kira kata salah tidaklah begitu tepat, yagn lebih tepat aneh. 

Oleh karena itu, Saya akan coba membeberkan 3 (tiga) keanehan taktik Shin Tae-Yong di balik hancur leburnya timnas U-23 oleh Vietnam tersebut.

Pertama, mengganti Rachmad Irianto dengan Syahrian Abimanyu. Meski permainan Garuda Muda di babak pertama belum berkembang, tetapi skor 0-0, masih memberikan asa bagi pecinta timnas, bahwa hasil seri sudahlah cukup, apalagi dapat menang.

Akan tetapi, jalan bencana itu perlahan datang seiring pergantian pemain di awal babak kedua oleh Tae-yong, yakni mengganti Rachmad Irianto dengan Syahrian Abimanyu. 

Saya sudah mencium bahwa ada bahaya atau perjudian yang besar dengan pergantian pemain ini. Dan itu akhirnya terjadi.

Alasan saya sederhana sekali, tipe Syahrian dan Rachmad Irianto, beda sekali. Syahrian bagi saya lebih mirip Marc Klok, yang tidak sangat defensif, bahkan cenderung menjadi deep playing playmaker. 

Lebih cenderung mengatur permainan, dan melepas umpan, tidak murni sebagai gelandang bertahan. 

Maksud saya seperti ini. Rachmad Irianto, lebih murni adalah seorang gelandang bertahan, yang bertugas memotong bola dan mengisi ruang yang kosong di belakang ketiga ditinggalkan oleh pemain yang ikut menyerang, khususnya di sektor sayap.

Mungkin Tae-yong ingin agar timnya lebih kreatif dan lebih agresif. Artinya Tae-yong ingin menang, tetapi lupa, bahwa Vietnam seperti menunggu salah pergantian ini dilakukan. 

Setelah Irianto pergi, hampir tak ada lagi pressing terhadap pemain kreatif Vietnam, dan akhirnya alur serangan didominasi oleh Vietnam.

Perhatikan saja, bagaimana sektor paling lemah di laga itu, yaitu di pos full back kanan Rio Fahmi, semakin mudah diekspolitasi dan membuat gol pertama tercipta. 

Tak ada lagi Irianto yang lebih mampu membaca permainan, dengan kemampuan defensif yang baik untuk melapis sektor tersebut.

Kedua, mengganti Irfan Jauhari dengan Ronaldo Kwateh. Saat dalam kondisi ketinggalan pun, Tae-yong lebih aneh lagi dalam melakukan pergantian pemain. Irfan Jauhari diganti dengan Ronaldo Kwateh.

Saya (seperti pergantian Irianto dengan Syahrian), tidak ingin mengatakan bahwa koreksi ini adalah soal perbedaan kualitas pemain. Tidak sama sekali. Ini soal karakter permainan dan kebutuhan.

Saya kira Irfan Jauhari, tidaklah bermain buruk, bahkan memiliki kecepatan, dan rotasi dengan Egy dan Saadil yang di babak pertama berjalan cukup baik. 

Yang menyimak laga, tentu ingat bahwa Jauhari sempat membuat pemain belakang Vietnam mendapat kartu kuning setelah melakukan dribble cepat, dalam skema serangan balik.

Jauhari jelas memiliki kecepatan, dan penempatan posisi yang memaksa pemain belakang Vietnam harus menahan garis pertahanan mereka tidak terlalu naik, jika tidak ingin dihukum oleh pergerakan pemain kita. Ronaldo jelas beda.

Saya beberapa kali mengamati striker muda asal klub Madura United ini lebih sering bermain sebagai central forward yang menunggu bola, tidak lebih senang berlari seperti Irfan untuk membuka ruang. 

Sayangnya, Ronaldo juga tidak dapat menjadi pivot, atau pemantul bola bagi pemain lain karena juga tak fasih mengandalkan kekuatan body untuk berduel dengan pemain Vietnam yang siap meladeni permainan keras .

Tae-yong menyadari ini pergantian yang keliru itu, karena pola permainan semakin semrawut sesudah Ronaldo masuk, dan akhirnya Ronaldo dikeluarkan, dan diganti dengan Marselino yang adalah seorang gelandang. Pergantian tanpa arti, terlambat dan mubazir

Ketiga, membuat Ricky Kambuaya jadi lone striker di depan, ketika timnas ketinggalan. Di titik ini, Tae-yong sudah frustrasi. Ronaldo keluar, dan Ricky Kambuaya menjadi striker tunggal di depan, diapit Egy dan juga Witan Sulaeman. Aneh bin ajaib.

Di Piala AFF lalu, saya sudah mengamati fleksibilitas taktik Tae-yong ini. Namun nampak tanggung. Jika ingin bermain 4-3-3, seperti di awal laga, dia lebih senang mengandalkan pemain depan yang cepat diapit pemain sayap yang juga mampu berlari kencang.

Akan tetapi di beberapa laga, ketika harus bertahan, dia mendorong ada pemainnya yang dapat menjadi poacher, pemain yang dapat memantulkan bola, ketika serangan balik dilakukan. 

Idealnya adalah seperti striker Bali United, Ilija Spasosevic, tapi Tae-yong tak pernah mau memanggil pemain dengan tipikal ini di timnas, entah mengapa.

Jadi aneh, jika mendorong Ricky yang notabebe memiliki fisik yang kuat memainkan peran ini, ketika ketinggalan pula. Hasilnya juga tak signifikan, sudah kalah mental, kalah taktik dengan keanehan yang terjadi di lapangan.

Saya kira tak ada alasan bahwa ketidakhadiran Asnawi dan Pratama Arhan mempengaruhi penampilan timnas, jikalau ada keanehan taktikal yang terjadi di lapangan seperti ini.

Hanya sebagai seorang penikmat timnas, saya kira masih ada jalan untuk perubahan. Semoga ini demam panggung di awal laga dari Shin Tae-yong. Sesudah itu, saya bersama jutaan penggemar timnas tentu saja berharap ada perubahan di laga sesudah ini.

Calon lawan berikut seperti Filipina, Timor Leste dan Myanmar harus mampu dikalahkan. 

Dengan banyak harap, bahwa Shin Tae-yong, yang sudah sempat membuat saya jatuh cinta di Piala AFF kemarin, mampu menunjukkan kualitasnya sebagai pelatih yang hebat. 

Kali ini, harap saya tidaklah muluk, mampu masuk final SEA Games 2021 saja sudah cukup Tae-yong. Tak harus seperti kalimat di iklan itu, berikan saya 11 pemuda akan saya guncang dunia. Begitu saja.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun