Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Meneropong Peran Strategis Rachmat Irianto dari Kacamata "Fernandinho Role"

3 Februari 2022   16:55 Diperbarui: 3 Februari 2022   17:40 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rachmat Irianto merayakan gol yang ia cetak pada Piala AFF 2020 Indonesia vs Kamboja.(Dok. PSSI) via Kompas.com

Dalam "Fernandinho Role", Pep bukan saja menginstruksikan agar Fernandinho menjadi orang pertama yang menghentikan serangan lawan dengan cara melakukan "pelanggaran profesional" tapi juga menjadi orang pertama yang mem-build up ketika memulai serangan dari kedalaman.

Nama Ricky Kambuaya menjadi pusat perhatian penikmat bola dan pecinta timnas Indonesia akhir-akhir ini. Wajar saja, pergerakan Ricky dari sektor tengah  memang istimewa. 

Namun, selain kehebatan Ricky, peran penting seorang Rachmat Irianto di lini tengah dalam skema coach Shin Tae-yong juga tak bisa dipandang sebelah mata.

Menarik jika kita amati peran Rachmad  dalam taktik yang diusung oleh coach Shin Tae-yong (STY) ini. 

Saya melihat dalam beberapa laga, STY nampaknya ingin "meniru" taktik ala pelatih jenius asal Manchester City, Pep Guardiola.

Salah satu ukuran yang dipakai adalah kala Piala AFF kemarin. Ada usaha STY untuk mendorong Asnawi yang notabene seorang full back kanan untuk bergerak ke tengah dan menjadi gelandang bertahan---khususnya saat melawan Kamboja dan Laos.

Ini mirip sekali dengan yang dilakukan oleh Pep saat melatih Bayern, dengan mendorong seorang Philip Lahm, dan Joshua Kimmich ke posisi itu. Tapi, STY nampaknya kurang puas, dan Asnawi kembali menjadi full back konvensional di laga lain.

Selain pola ini, yang serupa dengan Pep adalah keinginan STY untuk menjadikan Rachmat Irianto  sebagai poros di lini tengah. Meskipun belum sempurna, tapi ini menarik untuk disimak.

Dalam buku berjudul "Mastering The Premier League", taktik berkaitan dengan pergerakan Rachmat Irianto bisa dijelaskan dengan bagaimana seorang Pep Guardiola mendesain pergerakan Fernandinho, yang disebutnya dengan "Fernandinho Role" di Manchester City.

Bisa dijelaskan seperti ini. Dalam taktik 4-3-3, 3 gelandang tengah ini mempunyai dua pilihan pivotal, atau poros, yakni single pivotal dan double pivotal. 

Dalam double pivotal, maka strategi menjadi 4-2-1-3 dengan dua gelandang yang segaris di depan lini pertahanan, untuk build up serangan atau menjadi breaker dari serangan lawan.

Pep Guardiola tak terlalu menyukai skema ini, meski banyak tim menggunakan ini demi keseimbangan tim. 

Pep yang selama menjadi pemain akrab dengan posisi "nomor 6" ini, merasa bahwa double pivotal mempersempit ruang, dan menghambat aliran bola cepat yang diinginkannya. 

Karena itulah Pep menciptakan poros tunggal yang dianggap mumpuni, dan itu terlihat jelas dalam posisi Fernandinho.

Dalam Fernandinho Role, Pep bukan saja menginstruksikan agar Fernandinho menjadi orang pertama yang menghentikan serangan lawan dengan cara melakukan "pelanggaran profesional" tapi juga menjadi orang pertama yang mem-build up ketika memulai serangan dari kedalaman.

Di opsi kedua ini, Fernandinho bukan saja dituntut untuk mampu membaca arah pertandingan tapi juga dapat melihat ruang kosong dan memberikan umpan terobosan yang matang. 

Spesifikasi yang tak banyak pemain dapat melakukannya dengan sempurna. Fernandinho terkecuali.

Itulah yang membuat Manchester City Pep kesulitan ketika Fernandinho mulai cedera dan menua. 

Pep sempat menggunakan Ilkay Gundogan tapi gelandang timnas Jerman itu tidak tampil sebaik Fernandinho karena kemampuannya bertahan Ilkay tidak sebaik gelandang Brasil itu. Akhirnya Rodri sudah bisa dianggap menjadi pengganti sepadan Fernandinho.

Bagaimana dengan Rachmat Irianto? Saya kira STY jelas menginginkan single pivot bukan double pivot, seperti yang dirancang Pep di Manchester City. 

Alasannya kerena saya tidak sering melihat Marselino atau Ricky Kambuaya sering bergerak jauh ke belakang.

Pergantian posisi antar pemain memang terjadi, tetapi bukan berarti bahwa ada dua gelandang bertahan yang dimainkan oleh STY. Ini berarti bahwa Rachmat Irianto memang diharap dapat menjadi poros tunggal nan penting dari pertandingan timnas.

Apakah ini berjalan baik? Saya mesti jujur bahwa ini belum berjalan baik, tapi bukan berarti tidak bisa. 

Salah satu keunggulan Rachmad adalah staminanya. Dia termasuk salah satu pemain yang memiliki daya jelajah yang sangat baik.

Akan tetapi jelas, di peran Fernandinho Role, stamina nomor kesekian. Seperti yang saya tekankan di atas bahwa kecerdasan dalam memutuskan untuk melakukan pelanggaran dan juga assist yang baik, adalah kualitas yang mesti dimiliki. Rachmad masih belum.

Jika berjalan baik, niscaya Rachmat akan memberikan kenyamanan lebih kepada Ricky dan Marselino Ferdinan/Evan Dimas untuk bergerak bebas di depan, seperti Rodri yang membuat Kevin De Bruyne atau Ilkay Gundogan bergerak nyaman di Manchester City. Tentu akan hebat, meski belum berjalan baik.

Hanya meskipun demikian, saya kira di posisi ini, Rachmat Irianto masih yang terbaik di timnas. STY pernah mencoba Alfeandra Dewangga, tapi saya kira Rachmad masih lebih baik terutama dalam jelajah lapangan dan keputusan dalam menghentikan serangan lawan--peanggaran profesiona.

Artinya, jika semakin memiliki pengalaman internasional, dan jam terbang yang cukup maka saya yakin Rachmat akan semakin nyetel dengan keinginan STY, di Fernandinho Role ini. Akan menarik melihat perkembangan Rachmat di posisi ini nantinya di AFF U-23.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun