Pep Guardiola tak terlalu menyukai skema ini, meski banyak tim menggunakan ini demi keseimbangan tim.Â
Pep yang selama menjadi pemain akrab dengan posisi "nomor 6" ini, merasa bahwa double pivotal mempersempit ruang, dan menghambat aliran bola cepat yang diinginkannya.Â
Karena itulah Pep menciptakan poros tunggal yang dianggap mumpuni, dan itu terlihat jelas dalam posisi Fernandinho.
Dalam Fernandinho Role, Pep bukan saja menginstruksikan agar Fernandinho menjadi orang pertama yang menghentikan serangan lawan dengan cara melakukan "pelanggaran profesional" tapi juga menjadi orang pertama yang mem-build up ketika memulai serangan dari kedalaman.
Di opsi kedua ini, Fernandinho bukan saja dituntut untuk mampu membaca arah pertandingan tapi juga dapat melihat ruang kosong dan memberikan umpan terobosan yang matang.Â
Spesifikasi yang tak banyak pemain dapat melakukannya dengan sempurna. Fernandinho terkecuali.
Itulah yang membuat Manchester City Pep kesulitan ketika Fernandinho mulai cedera dan menua.Â
Pep sempat menggunakan Ilkay Gundogan tapi gelandang timnas Jerman itu tidak tampil sebaik Fernandinho karena kemampuannya bertahan Ilkay tidak sebaik gelandang Brasil itu. Akhirnya Rodri sudah bisa dianggap menjadi pengganti sepadan Fernandinho.
Bagaimana dengan Rachmat Irianto? Saya kira STY jelas menginginkan single pivot bukan double pivot, seperti yang dirancang Pep di Manchester City.Â
Alasannya kerena saya tidak sering melihat Marselino atau Ricky Kambuaya sering bergerak jauh ke belakang.
Pergantian posisi antar pemain memang terjadi, tetapi bukan berarti bahwa ada dua gelandang bertahan yang dimainkan oleh STY. Ini berarti bahwa Rachmat Irianto memang diharap dapat menjadi poros tunggal nan penting dari pertandingan timnas.