Coach Shin Tae-yong dalam skema 4-3-3 ini memang mendorong para gelandang untuk mengambil peran penting dalam menjaga irama pertandingan.
Tae-yong nampaknya ingin agar jarak antar ketiga gelandang ini tidak terlalu jauh, dengan tujuan agar penguasaan bola tetap dominan agar aliran bola terus terjaga.
Jika mesti jujur, bentuk segitiga ini agak amburadul dalam laga pertama kemarin. Pengamatan saya, Ricky Kambuaya dan Evan Dimas sering berada dalam kebingungan posisi, sehingga proses pivotal tidak berjalan mulus. Sering kehilangan bola adalah dampak buruknya.
Artinya, Marselino dengan begitu cerdas mampu membaca pergerakan seniornya, yang secara tidak langsung membuat dia menjadi salah satu sentral pertandingan.
Tak jarang, Marselino menjadi kreator serangan berbahaya, bahkan di titik tertentu dipaksa menjadi finisher dari luar kotak penalti, ketika mendapat ruang kosong.
Hitungan saya, ada sekitar 3 kali shot on target dari Marselino, yang tercipta dari sistim pergerakan segitiga yang sangat baik.
Kedua, kemampuan defensif dan tekel Marselino yang juga bisa dikatakan sangat baik.
Catatan saya, ada sekitar tiga atau empat momen di mana Marselino mampu menghentikan serangan lawan dengan tekel bersihnya. Perang Marselino memang nampak cukup berat.
Gelandang asal klub Persebaya Surabaya ini mesti memastikan transisi ketika menyerang itu mulus, tapi juga menghalau ketika ada serangan balik lawan.
Harus diakui, bahwa ini salah satu keunggulan Marselino dari Evan Dimas. Meski Evan lebih piawai dari Marselino soal mengontrol dan mengatur irama pertandingan, tetapi Evan mesti mengakui bahwa Marselino lebih cakap dalam membantu saat bertahan.
Nampaknya, Shin Tae-yong lebih senang dengan gelandang simpel daripada stylish.