Marselino mampu mengalirkan bola ke depan dengan cepat, meski dia memiliki pilihan untuk mengontrol bola lebih lama, dan bisa menjadi breaker serangan lawan ketika dibutuhkan. Istimewa.
Timnas Indonesia tampil lebih meyakinkan dalam leg kedua FIFA Matchday menghadapi Timor Leste kemarin (30/1/2022). Alfeandra Dewangga dkk mengalahkan Timor Leste dengan skor 3-0. Tidak ada lagi penampilan babak pertama yang buruk, yang terlihat dominasi ketat, hampir sepanjang pertandingan.
Meski telah yakin bahwa Skuad Garuda akan menang, namun saya memiliki atensi yang berbeda dalam laga ini, yakni menguji opini saya dalam tulisan berjudul "Siapa di antara Evan Dimas dan Marselino Ferdinan yang paling cocok temani Ricky Kambuaya".
Di starting line up, saya sempat tersenyum, karena coach Shin Tae-yong menurunkan Marselino sedari awal. Saya senang karena ini bisa menjadi pembuktian opini saya di tulisan di atas, meski pada akhirnya saya mafhum, bisa saja hal ini terjadi karena Evan Dimas terinfeksi virus sesaat sebelum laga.
Tapi poin saya begini. Ini bukan soal siapa yang memiliki kualitas individu lebih baik, tidak, karena saya sepakat bahwa Evan Dimas memiliki bakat dan pengalaman yang berbeda dengan Marselino.
Ini hanya sebuah gagasan bahwa siapa yang akan paling nyetel dengan gaya yang diinginkan Tae-yong.
Penilaian saya, Marselino tampil baik sebagai partner Ricky Kambuaya ---tidak sangat baik, karena saya yakin Marselino masih bisa lebih baik lagi.
Bahkan, pesona Marselino terlihat terang benderang dalam pergerakan atau aksi yang dia tunjukkan meski tidak mencetak gol.
Paling tidak ada 3 analisis terhadap pesona aksi Marselino yang saya lihat, khususnya dalam peran integralnya bersama Ricky Kambuaya dan Rachmad Irianto membentuk trio gelandang yang kokoh dan solid.
Pertama, skema ideal compactness triangle gelandang yang solid sudah terlihat dalam pertandingan ini. Dalam gambar di bawah ini, terlihat apa yang saya maksudkan. Marselino mampu terus membentuk garis setiga bersama Rachmad dan Ricky.