Dalam beberapa pertandingan awal, Carsae menuai hasil buruk. Di Maret 2016 misalnya, Carsae kalah 2-3 dari Academica FC setelah sebelumnya juga kalah dari FC Aitana dengan skor yang sama. Dua tim yang di atas kertas, jauh di bawah Carsae FC.
Karena dianggap pemain bintang yang bisa menjadi pembeda setelah diimpor dan dibanderol mahal. Tak ayal, Boaz dijadikan kambing hitam dari hasil buruk tersebut. Suara negatif pun dari fans yang diarahkan kepada Boaz.
Mulai dari ketidakpercayaan fans kepada kemampuan pemain bintang asal Indonesia, dan yang itu, duit banyak yang digelontorkan klub untuk Boaz ternyata tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan.
Suara suporter dan hasil itulah mungkin yang membuat usia karir Boaz di Timor Leste tidak bertahan lama. Pada April 2016, kurang lebih dua bulan setelah penampilan perdananya di Liga Timor Leste, meski alasan yang muncul di media karena ijin kerja yang belum rampung bagi Boaz Solossa.
Waktu musim kompetisi usai, para pemain Indonesia juga pada akhirnya pulang ke Indonesia. Setelahnya Liga Armadora tidak pernah membuat transfer fantastis yang melibatkan pemain bintang Indonesia. Seiring Liga Armadora yang nampaknya semakin menurun pamornya. Â
Sayang, padahal saya sempat bermimpi, jika geliat itu semakin hebat, maka bisa saja, Kupang, kota saya tinggal akan mendapat imbasnya. Minimal di suatu waktu, saya akan bertemu pemain hebat yang sekedar mampir atau transit di Kupang saat akan ke Timor Leste.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H