Hilgers memang memiliki darah Indoesia yakni dari ibunya. Ibu Hilgers berasal dari Manado, Sulawesi Utara dan itulah yang membuat Hilgers dalam beberapa kesempatan menyebut "Tombeng" sebagai marganya.
Cerita keinginan bergabungnya Hilgers juga sudah cukup lama. Pada 2020, sebenarnya Hilgers sudah dipanggil coach Shin Tae-yong untuk melakukan seleksi untuk bergabung dengan timnas senior, namun masa Covid-19 membuat keinginan Hilgers itu tertahan. Sekarang, peluang itu lebih besar.
Menarik untuk membayangkan kekuatan lini belakang jikalau Mees Hilgers bergabung dengan timnas. Ketangguhan lini belakang dipastikan bertambah dan akan menyulap bek belakang timnas, menjadi duo Menara kembar, Hilgers dan Elkan Baggott.
Bayangkan saja, bagaimana Elkan Baggott yang berpostur 194 cm itu akan berpasangan dengan Mees Hilgers yang bertinggi 185 cm, dan usianya masih 20 tahun, masih bisa bertambah tinggi pastinya.
Apakah ini penting? Tentu saja, meskipun bek tengah potensial lainnya, Alfeandra Dewangga terlihat lebih lugas tetapi kelemahan timnas selama ini dalam menghadapi tim yang mengandalkan set piece dan postur lebih tinggi dapat tertutupi.
Artinya, melawan tim dari Eropa atau Amerika Latin (entah kapan), timnas sedikit lebih siap.Â
Sebenarnya tak usah jauh-jauh membayangkan tim dari wilayah atau benua lain seperti itu, perhatikan saja bahwa di regio Asia Tenggara saja, tim negara lain juga mempersiapkan hal ini dengan serius.
Thailand misalnya mempunyai duet raksasa Manuel Bihr dan Jouseff Dollah yang menjulang. Malaysia tak mau kalah dengan menghadirkan bek naturalisasi berlabel Liga Champions Dion Cools, setelah mendatangka Junior Eldstal.
Singapura, juga memiliki bek tengah raksasa, dan terakhir, Filipina yang sudah lebih dahulu menaturalisasi pemain. Jika tak menyiapkan yang serupa, timnas bisa ketinggalan.
Apa yang terlihat dari agresifitas Shin Tae-yong untuk mengajak pemain seperti Mees Hilgers ini? Nampaknya, Shin Tae-yong memang mempersiapkan tim ini untuk bisa bersaing lebih jauh daripada sekedar level regio Asia Tenggara saja.
Dalam beberapa kesempatan, Shin Tae-yong mengatakan bahwa dalam rentang waktu 10 tahun, Indonesia akan siap bersaing di level dunia, bukan sekedar Asia. Bibit-bibit muda potensial yang bermain di luar negeri dinaturalisasi, untuk persiapan jangka Panjang tersebut.