Saya kira dibanding pelatih Thailand , Alexandre "Manu" Polking, itu, maka Park Hang-seo, pelatih Vietnam rasanya lebih menjengkelkan.
Bagaimana ya, tingkah pelatih Vietnam yang juga asal Korsel dengan teman-temannya itu, memang seperti mencari masalah dengan Timnas Indonesia di setiap momen.
Seperti menganggap remeh sebelum gelaran Piala AFF 2020, bertingkah berlebihan saat duel, dan tak terima jika Indonesia mendapat gelar runner-up dan menjadi tim paling fair play.
Tentu masih ingat yang terjadi saat laga Vietnam melawan Indonesia di fase grup. Pelatih berusia 64 tahun itu paling rajin mengompori rekan-rekannya saat ada aksi di lapangan hijau yang tidak sesuai keinginan mereka. Paling sibuk pokoknya.
Lalu soal raihan gelar runner-up dan tim paling fair play bagi Indonesia.Â
Ya, bukan sombong, tapi dibanding Vietnam yang tak mampu membobol gawang Thailand sebiji golpun di semifinal, Indonesia bisa membobol gawang Thailand, dua kali.
Untuk tim fair play, saya kira, bukan karena pemain, tapi tingkah Park Hang-seo dan rombongannya itu yang membuat gemas panitia. Alhasil, tak ada satupun orang dari kubu Vietnam yang bisa mendapat penghargaan.
Peluang yang tersisa bagi Vietnam adalah gelar pelatih terbaik bagi Park Hang-seo.Â
Saya sih yakin sebelum turnamen Piala AFF 2020 ini, Hang-seo pasti tampak percaya diri akan merebut gelar bergengsi bagi pelatih tersebut.
Pantas saja, dalam beberapa tahun terakhir mereka memang nampak mendominasi di Asia Tenggara dan bahkan mengejutkan di Asia.
Di AFF misalnya mereka adalah juara bertahan setelah mengandaskan Malaysia di final AFF 2018. Di Asia, mereka menjadi juara empat Asian Games 2018, bahkan mereka menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di perempatfinal.
Sayangnya, kali ini Park Heng-seo mesti gigit jari, karena hasil yang tak memuaskan di Piala AFF 2020 ini, dan akan kembali menjadi sebuah pukulan baginya, jikalau Shin Tae-yong yang meraih penghargaan tersebut.
Kabarnya Shin Tae-yong memang menjadi kandidat terkuat pelatih terbaik Piala AFF 2020 ini. Alasan utamanya adalah keberhasilan Tae-yong membawa skuad minim pengalaman mampu mencapai final.
Prestasi yang melebihi tim yang lebih diunggulkan seperti tuan rumah Singapura, Malaysia dan tentunya Vietnam.
Mengapa bukan Alexandre "Manu" Polking? Siapapun yang menyaksikan Thailand, pasti akan menilai bahwa secara template Thailand mesti juara siapapun pelatihnya.Â
Skuad yang dipenuhi dengan individu hebat dan pemain bintang seperti Chanatip Songkrasin yang memang sudah di peak performance, atau usia emas mereka.
Ya jadinya seperti ini. Manu Polking seperti hanya tinggal sedikit memolesnya saja, dan Thailand pasti akan juara.
Beda dengan yang dikerjakan oleh Tae-yong, jauh lebih berat. Tae-yong bukan saja terus mencoba menyemangati pemain mudanya untuk tampil dua kali dari kekuatan mereka, tetapi fleksibilitas taktik yang ditunjukkannya banjir pujian dari pengamat sepak bola.
Lebih dari dua taktik dimainkan Tae-yong di turnamen ini, sesuai lawan, sesuai kebutuhan dan karakteristik pemain.
Beda dengan Manu Polking yang terlihat kaku dengan 4-3-1-2, , menggunakan Chanatip sebagai playmaker, berulangkali Tae-yong menunjukkan galeri taktiknya sepanjang gelaran AFF 2020.
Mulai dengan 4-3-3, 4-2-3-1, 3-4-3, 5-4-2, 3-52 nampak dipakainya di lapangan. Bahkan, mungkin ada satu yang mungkin luput dari perhatian kita.
Saat waktu tinggal 5 menit di leg kedua final melawan Thailand, Tae-yong memainkan false nine, saat Hanis Saghara dikeluarkan dan Syahrian Abimanyu dimainkan. Timnas bermain tanpa striker murni.
Bagaimana dengan Park Hang-seo. Sudah terlalu lama Vietnam terlalu arogan di bawah asuhannya. Mereka lupa, bahwa yang paling sulit adalah mempertahankan bukan meraih gelar.
Hang-seo secara taktikal juga tampak kebingungan sesudah 3-5-2 andalannya yang terlihat digdaya dalam beberapa tahun terakhir mesti melempem menghadapi kontra strategi dari Tae-yong dan Manu Polking.
Saya yakin Park Hang-seo akan stress atau dibuat pusing sesusai turnamen, untuk mencari resep baru agar timnya kembali dapat mengalahkan rival-rivalnya di Asia Tenggara yang dulu dipandang remeh.
Nampaknya, Vietnam perlu memberikan waktur retret untuk Park Hang-Seo untuk memikirkannya. Itulah mungkin yang menjadi alasan, Park Hang-seo diistirahatkan untuk AFF U-23 mendatang agar dapat lebih fokus untuk timnas senior.
Artinya, ya begitu, jalan lapang untuk Shin Tae-yong menjadi pelatih terbaik, dan Park Hang-seo mesti gigit jari kali ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H