Di AFF misalnya mereka adalah juara bertahan setelah mengandaskan Malaysia di final AFF 2018. Di Asia, mereka menjadi juara empat Asian Games 2018, bahkan mereka menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di perempatfinal.
Sayangnya, kali ini Park Heng-seo mesti gigit jari, karena hasil yang tak memuaskan di Piala AFF 2020 ini, dan akan kembali menjadi sebuah pukulan baginya, jikalau Shin Tae-yong yang meraih penghargaan tersebut.
Kabarnya Shin Tae-yong memang menjadi kandidat terkuat pelatih terbaik Piala AFF 2020 ini. Alasan utamanya adalah keberhasilan Tae-yong membawa skuad minim pengalaman mampu mencapai final.
Prestasi yang melebihi tim yang lebih diunggulkan seperti tuan rumah Singapura, Malaysia dan tentunya Vietnam.
Mengapa bukan Alexandre "Manu" Polking? Siapapun yang menyaksikan Thailand, pasti akan menilai bahwa secara template Thailand mesti juara siapapun pelatihnya.Â
Skuad yang dipenuhi dengan individu hebat dan pemain bintang seperti Chanatip Songkrasin yang memang sudah di peak performance, atau usia emas mereka.
Ya jadinya seperti ini. Manu Polking seperti hanya tinggal sedikit memolesnya saja, dan Thailand pasti akan juara.
Beda dengan yang dikerjakan oleh Tae-yong, jauh lebih berat. Tae-yong bukan saja terus mencoba menyemangati pemain mudanya untuk tampil dua kali dari kekuatan mereka, tetapi fleksibilitas taktik yang ditunjukkannya banjir pujian dari pengamat sepak bola.
Lebih dari dua taktik dimainkan Tae-yong di turnamen ini, sesuai lawan, sesuai kebutuhan dan karakteristik pemain.
Beda dengan Manu Polking yang terlihat kaku dengan 4-3-1-2, , menggunakan Chanatip sebagai playmaker, berulangkali Tae-yong menunjukkan galeri taktiknya sepanjang gelaran AFF 2020.
Mulai dengan 4-3-3, 4-2-3-1, 3-4-3, 5-4-2, 3-52 nampak dipakainya di lapangan. Bahkan, mungkin ada satu yang mungkin luput dari perhatian kita.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!