Dia tak ragu berduel udara dengan pemain jangkung Thailand, Teerasil Dangda, atau menghentikan laju pemain menyerang Thailand lain dengan gagah berani.
Untuk pemain yang baru berusia 20 tahun ini, Dewangga sudah memiliki ketenangan Leonardo Bonnuci dan keberanian Giorgio Chiellini, dua bek tangguh asal Italia. Saya mungkin terkesan terlalu memuji Dewangga, tapi itulah yang terlihat di lapangan.
Kualitas Dewangga yang mampu mengimbangi seniornya, Fachruddin inilah yang membuat Pratama Arhan dan Asnawi juga nampak tak ragu untuk tampil solid dari sisi sayap.
Memang di babak kedua, sisi Pratama Arhan beberapa kali terlihat gagal menahan pergerakan pemain Thailand, tapi tak ada gol yang tercipta dari skenario seperti itu, karena bola berhasil dihalau dengan baik oleh dua bek tengah ini.
PR sekarang untuk lini ini adalah mencari pasangan sepadan untuk Dewangga setelah Fachrudin mungkin tidak bisal lebih lama menjaga pertahanan timnas karena faktor usia.Â
Masih ada harapan di Rizki Ridho, dan Ryuji Utomo, yang saya kira masih bisa ditingkatkan kualitasnya lagi.
Seusai laga wajah Shin Tae-yong nampak sedih saat diwawancarai dan ditanya mengenai hasil laga.Â
Akan tetapi ketika ditanya soal prospek ke depan, wajah Shin Tae-yong nampak sedikit berubah, nampak optimis.
Tae-yong menyatakan bahwa dengan skuad dengan mengandalkan tulang punggung pemain yang masih muda ini, maka Indonesia akan berbicara banyak di masa depan. Saya sepakat.
Kegagalan hari ini nampak tidak terlalu sakit, karena menyisakan optimisme berlipat bagi masa depan timnas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H