Para pemain di lini tengah, dapat bergerak spartan baik dalam bertahan maupun menyerang.Â
Mereka dapat menutup ruang pemain berbahaya Thailand seperti Chanatip Songkrasin dengan sangat baik, melalui pressing ketat, merebut bola secepat mungkin dan mengalirkannya dengan tenang.
Sebagai catatan, jika tak salah saya membaca statitistik dari data individual Chanatip Songkrasin, maka ini adalah laga dimana Chanatip hampir nihil melakukan tendangan on target, bahkan tendangan meleset ke gawang Indonesia.
Artinya, lini tengah Indonesia sudah bergerak efektif menahan laju Chanatip yang didaulat sebagai pemain terbaik Piala AFF itu yang memang sering bergerak dari lini kedua.
PR yang saya kira perlu diselesaikan adalah mencari pasangan atau duet lini tengah yang dapat mendukung pergerakan Ricky Kambuaya di tengah.
Rachmad Irianto memang kuat saat bertahan tapi lemah dalam hal passing, sebaliknya jika Evan Dimas bisa menahan bola, tapi lemah dalam bertahan.
Jika dapat meningkatkan passing dari Rachmad Irianto yang masih berusia 22 tahun itu, dan keterpaduan dia dengan Ricky semakin solid, maka yakinlah, Indonesia akan semakin kuat.
Ketiga, lini belakang yang lebih tenang menjaga pertahanan. Saya sempat menyaksikan video pendek tentang bagaimana miskomunikasi 5 pemain bertahan Indonesia, dalam format 5-4-1 di leg pertama.
Kalau tidak salah, dalam video tersebut, nampak Fachruddin Ariyanto sempat memarahi Rizki Ridho, ketika gagal membaca dan memutus pergerakan pemain Thailand. Di laga ini, hal itu tidak terjadi.
Dua gol Thailand, terjadi dari bola rebound, hasil buang tak sempurna pertahanan kita, bukan lahir dari miskomunikasi lini belakang. Format 4 bek, ini nampak begitu mantapnya, terutama di babak pertama.
Alfeandra Dewangga yang berduet dengan Fachrudin, nampak spartan dan berani.Â