Bek kiri timnas, Pratama Arhan yang absen di laga pertama, bergerak tanpa lelah, bahkan suguhan lemparannya yang bertenaga itu beberapa kali membahayakan gawang Thailand.
Begitu juga dengan yang lain, Alfeandra Dewangga tampil ngotot, Ricky Kambuaya ada dimana-mana, dan Ramai Rumakiek dan Witan menusuk cepat.
Ketika ketinggalanpun, meski nampak kecewa, mereka melanjutkan laga dengan gagah berani.Â
Pasukan Merah Putih ini terus bergerak di tengah teriakan pendukung Thailand yang menari, mereka seperti para prajurit yang tak mau menyerah sebelum lampu stadion padam. Luar biasa.
Mental pejuang seperti ini berbuah hasil dengan gol balasan dan bahkan hampir berbalik unggul melalui aksi impresif Ricky Kambuaya di kotak penalti Thailand, yang sayangnya tak berbuah penalti setelah dijatuhkan pemain belakang lawan.
Dengan mental seperti ini. Saya kira, kita akan punya masa depan yang lebih baik di Piala AFF mendatang.
Kedua, compactness di lini tengah yang sudah lebih baik dari sebelumnya.Â
Saya suka dengan pendekatan taktik yang digunakan oleh Shin Tae-yong dalam laga ini. Membutuhkan kemenangan, Tae-yong memainkan 4-2-3-1 yang saya kira bekerja sangat efektif---minimal dari yang terlihat di babak pertama.
Salah satu kekuatiran saya dalam formasi 4-2-3-1 dibanding 5-4-1 yakni persoalan lini tengah yang saya kira akan kurang compactness ; kurang rapat, padu dan padat. Ternyata hal yang saya kuatirkan itu tidak terjadi dalam laga ini.
Saya menikmati bagaimana compactness ini terlihat sangat baik di lapangan.Â
Rachmad Irianto dan Ricky Kambuaya dapat mendominasi lini tengah, dibantu dengan Ramai Rumakiek, Egy Vikri dan Witan yang tak ragu juga ikut bertarung di tengah.