"Harusnya kami makan makanan yang bergizi, tetapi kami makan makanan kotak, itu berpengaruh kepada nutrisi pemain, itu sangat berat,"- Shin Tae-yong, Pelatih Timnas Indonesia
Kebetulan sekali saat membaca berita tentang keluhan pelatih timnas Indonesia, Shin Tae-yong soal konsumsi nasi kotak anak asuhnya selama di Piala AFF 2020, saya sedang menikmati nasi kotak. Ya, ada tuan rumah yang menyiapkan nasi kotak saat selamatan hari natal di rumahnya.
Banyak anak-anak yang hadir pada saat itu tersenyum bahagia mendapatkan nasi kotak. Nasi kotak bagi mereka mungkin terlihat sebagai barang mahal. Bahkan, makan dikotakin dirasa lebih keren daripada dipiringin. Aih bahasanya. Tapi ya, faktanya memang ada yang begitu.
Saya sih biasanya tidak terlalu sumringah mendapatkan nasi kotak, meski kotaknya terlihat menarik dan mahal. Soal makanan, bagi saya bukan soal cover, tapi isinya. Jadi jangan sekali-kali menilai makanan dari kotaknya, tapi dari dalemannya.
Ada sih pengalaman pahit. Mendapatkan kotak nasi yang begitu keren terlihat, tapi isinya cuma nasi, telur, sambal dan acar doang. Dengan ukuran segede itu, seharusnya ada rendang dan sedikit mie. Tapi apa daya, semua sudah dikotakin. Kotak boleh besar, tapi empat sehat dan lima sempurna itu masih jauh.
Mungkin perasaan yang mirip tapi tak serupa juga dirasakan oleh Shin Tae-yong, sang pelatih yang semakin dicintai pendukung timnas Indonesia.Â
Hari ini, banyak media memuat berita tentang keluhan Tae-yong tentang nasi kotak yang diberikan oleh panitia Piala AFF 2020. Nampak sepele, tapi bagi pelatih berkelas Piala Dunia seperti dirinya ini serius, sangat serius barangkali. Dan tentu lebih serius  dari masalah saya di atas. Itu, soal nasi telut dikotakin.
***
Begini. Shin Tae-yong menilai bahwa konsumsi nasi kotak bagi Asnawi dkk sangat kurang. Bukan saja soal jumlah atau kuantitas, tetapi soal nutrisi yang terkandung.Â
Beritanya tidak jelas memuat tentang lauk pauk apa yang ada di dalam nasi kotak yang diberikan panitia, tetapi jelas menurut Shin Tae-yong, sangatlah kurang kandungan nutrisi yang diperlukan bagi kondisi fisik prima Asnawi Mangkualam dkk.
Garis bawahi soal nutrisi dan fisik ini. Ini beda dengan saya. Â Jika saya mempermasalahkan isi nasi kotak soal kenyang semata, tetapi Shin Tae-yong menilai, ini berkaitan dengan kebugaran, bahkan pemulihan fisik pemain timnas kita.
Saya lalu membaca beberapa referensi tentang ini, dan melihat hubungannya dengan performa pemain di atas lapangan, dan akhirnya saya setuju dengan Shin Tae-yong bahwa hal ini perlu direspon dengan lebih serius.
Begini penjelasan dari yang saya baca itu. Di penelitian tentang hubungan nutrisi dan performa pemain dijelaskan seperti ini. Kecukupan nutrisi dari makanan yang tinggi karbohidrat bisa meningkatkan performa atlet di lapangan.
Di Swedia misalnya pernah dilakukan penelitian yang menunjukkan bahwa para pemain sepak bola yang memiliki glikogen rendah hanya mampu bertahan di lapangan selama setengah pertandingan. Glikogen sendiri adalah hasil akhir dari glukosa dalam tubuh yang tersimpan dalam sel dan hati sebagai cadangan energi.
Lebih jauh dari pada itu, glukosa yang tersimpan dalam bentuk glikogen dapat digunakan secara langsung oleh otot tersebut untuk menghasilkan tenaga dan cadangan itu akan disimpan dalam otot.
Efek dari kekurangan ini, pemain akan mudah lelah, kualitas tendangan dan umpannya juga mulai menurun. Â Pelatih legendaris Arsenal, Arsene Wenger, bahkan lugas menyebut bahwa makanan bagi pemain sepak bola layaknya bahan bakar untuk mobil.
Dari fakta ini saja, kita bisa memperkirakan bahwa mungkin saja, karbohidrat dari nasi yang dikasih oleh panitia itu masih sangat kurang bagi pemain kita.
Saya tidak mau membayangkan bahwa pemain kita membutuhkan porsi nasi PORTUGAL alias porsi tukang gali yang menggunung nasinya, tidak demikian juga, namun mungkin masih kurang dari  jumlah yang disyaratkan.
Dari beberapa referensi disebutkan bahwa pemain bola harus mengonsumsi makanan yang mengandung sekitar 40 persen karbohidrat, 40 persen lemak dan 20 persen protein dengan catatan bahwa ini disesuaikan dengan usia juga.
Artinya pemain senior seperti Fachrudin, Victor Igbonefo mungkin tidak membutuhkan asupan yang banyak, tetapi anak muda yang masih dalam masa pertumbuhan seperti Pratama Arhan, Witan maupun Alfeandra Dewangga masih sangat membutuhkan.
Jika tidak diseriusi, maka saya juga ikut kuatir pemain kita akan lemah, letih lesu, bukan karena demam berdarah tetapi kurang asupan gizi dari makanan yang diberikan.
Panitia tentu saja berniat baik, bahwa pemberian nasi kotak, satu orang satu ini untuk mencegah penularan virus Covid-19 varian Omicron, akan tetapi, jangan dibatasi, jika memang keperluan nutrisinya masih kurang.
Usul saya, sebaiknya, PSSI cepat merespon pesan dari Shin Tae-yong ini.Â
Daripada sibuk melobby izin dengan AFF agar Ketum PSSI dapat ke kamar ganti pemain di leg kedua nanti, mungkin sebaiknya menekan panitia Piala AFF 2020 ini agar memperbaiki kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan kepada pemain Indonesia.
Kita tentu tidak mau, jikalau gaya permainan Shin Tae-yong yang menekankan pergerakan pemain tanpa henti, pressing ketat dan ofensivitas para pemain sayap yang cepat terganggu karena pemain ternyata kurang asupan nutrisi dari nasi kotak yang diberikan oleh panitia.
Lagian kita tidak mau dan tidak rela, masak Chanatip Songkrasin yang dijuluki "Messi Thailand" itu menang duel lari atas Egy Vikri "Messi Indonesia" karena kurang nutrisi?Â
Oh iya, terakhir, mungkin ada pembaca iseng yang bertanya dan menganggap Shin Tae-yong mengada-ada karena Thailand juga mengalami hal yang sama tetapi tidak mempermasalahkannya?
Ah, anda mungkin belum jalan-jalan lebih jauh. Pernah makan dengan orang Timor seperti saya? Lalu terheran-heran mengapa nasi yang dimakan saya itu sangat banyak menggunung. Itu dia. Ini soal kebutuhan om, mesti dipenuhi, demi stamina. Beda orang, beda kebutuhan. Begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H