Apa yang dimaksud dengan "tipuan murka" ini? Singkatnya demikian, Shin Tae-yong hanya bersandiwara marah demi memuaskan hasrat para pemuja kesopanan di sepakbola.
Begini maksud saya. Shin Tae-yong tidak mau dipusingkan dengan masalah kecelebele ini, yang tidaklah lebih penting daripada fokus untuk mencari taktik melawan Thailand nantinya.
Akan tetapi, sebagai insan sepakbola, Tae-yong juga mengerti bahwa soal fair play, etika di lapangan hijau, perlu menjadi perhatiannya. Karena itulah, Shin Tae-yong, perlu berpura-pura marah.
Dari berita saja, ini sudah bisa dipertanyakan. Mengapa di media Korea saja, Tae-yong menyebut telah menegur Asnawi, padahal Tae-yong dan tim kepelatihannya tidak berkata apa-apa kepada media Indonesia.
Aih, Tae-yong, nampaknya ingin menyelamatkan karir Asnawi, yang sekarang lagi mencari sesuap nasi di Liga Korea sana. Menjaga Asnawi sebagai pemain yang potensial dengan karakter yang baik tentu menjadi bagian tugas dan tanggung jawab Tae-yong.
Shin Tae-yong nampaknya sayang sekali kepada Asnawi.
Lihat saja, bagaimana cara komunikasi Tae-yong yang menegur Asnawi secara empat mata setelah lunch.Â
"Setelah makan siang, saya memarahi Asnawi dan mengatakan jika hal seperti itu terjadi sekali lagi saat saya melatih, jangan berpikir untuk datang ke tim nasional." kata Tae-yong.
Murka dan sayang menjadi satu antara Tae-yong dan Asnawi, mirip seperti kemarahan seorang ayah kepada anaknya yang melempari rumah tetangga, dan dilaporin oleh si tetangga kepada sang ayah.
Di depan tetangga itu, si ayah nampak ikut marah-marah, tetapi sesudah si tetangga pulang, si ayah mulai menghibur, dan mencari tahu apa musabab si anak melempar rumah tetangga. Ternyata, anak tetangga itu telah sebelumnya menampar sang anak, dan belum terbalas. Emosi sesaat.
Saya kira, jika benar dugaan saya ini, bahwa Shin Tae-yong berusaha agar murka dan sayang itu menjadi seimbang, saya kira, begitulah seharusnya kita (baca: pendukung timnas) mensuport pelatih dan para pemain saat ini.