Di tayangan Youtube sih, Dion terlihat sempat beradu sprint dengan Manchester United yang saat itu masih diperkuat Wayne Rooney, Memphis Depay dan Juan Mata.
Sekarang Dion memperkuat FC Midtjylland, klub kasta tertinggi Denmark yang pernah menahan Liverpool--Mo Salah, Sadio Mane dan Jota di Liga Champions. Konon saat itu, Dion menjadi pemain utama.
Lalu apa yang janggal? Cara pelatih Timnas Malaysia, Tan Cheng Hoe memainkan Dion Cools. Di awal, Dion yang sudah pasti tidak mampu menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia itu dimainkan sebagai bek tengah. Posisi asli Dion sebenarnya bek kanan, nampaknya Chen Hoe ingin menghadirkan dua menara kokoh di jantung pertahanan Malaysia.
Akan tetapi yang janggal terlihat setelah Indonesia berbalik unggul 2-1 atas Malaysia. Cheng Hoe mulai menginstruksikan Dion maju ke depan, seiring dimasukkannya Dominic Tan sebagai bek tengah.
Nah ini yang janggal bin menarik. Dion itu bukan berperan sebagai gelandang tapi menjadi seorang penyerang. Bahkan, ketika pemain asing lain masuk, De Paula yang memang asli menjadi penyerang menjadikan dua penyerang Malaysia itu seperti para 'raksasa".
Mungkin pembaca mengira bahwa ini seperti Hamka Hamzah atau Gerard Pique yang sering maju dan berperan sebagai  striker dan membantu serangan jika diperlukan, nah saya harus mengatakan bahwa ini berbeda sekali.
Jika Hamka atau Gerard itu tidak permanen alias maju dan akan mundur sebagai bek tengah, maka Dion Cools ini "membatu" di depan, permanen.
Saya mencoba memganalisa apa yang ada di kepala Tan Cheng Hoe dengan menginatruksikan Dion di posisi yang aneh itu.Â
Mungkin saja pelatih Malaysia ini mengira bahwa Dion Cools dapat melakukan segalanya sebagai superhero yang hebat yang datang dari Denmark sana, sehingga Dion Cools diperintahkan untuk berpindah peran.
Jika semua pelatih demikian, maka apa saja bisa terjadi. Allesio Angelo di Persija bisa saja memerintahkan Marco Motta, bek kanan nasal Italia itu untuk menjadi striker menemani Marco Simic. Cilaka.