Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Tiga Taktik Shin Tae-Yong Lawan Malaysia, Mana yang Paling Jitu?

17 Desember 2021   22:04 Diperbarui: 18 Desember 2021   14:25 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad timnas Indonesia pada Piala AFF 2020. (Dok. PSSI) via Kompas.com

Euforia setelah mampu menahan seri tim paling kuat di Asia Tenggara, Vietnam sebaiknya tidak membuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia lupa diri karena perjuangan belum selesai. Laga pamungkas melawan Malaysia akan menjadi penentu.

Sebenarnya, ditilik dari posisi klasemen sementara dimana skuad Garuda memuncaki puncak klasemen, maka Indonesia sebenarnya hanya memerlukan hasil seri menghadapi Malaysia.

Akan tetapi, bermain hanya untuk meraih hasil imbang dapat dikatakan sangat beresiko, sehingga mau tidak mau coach Shin Tae-yong perlu kembali memutar otak untuk mendapatkan kontra strategi yang tepat untuk mengatasi Malaysia.

Saya termasuk yang cukup optimis bahwa Pasukan Merah Putih dapat mengatasi Harimau Malaya, julukan Timnas Malaysia. Salah satu alasan utamanya ada fleksibilitas Shin Tae-yong ketika menangani Evan Dimas cs.

Berbeda dengan Luis Milla yang bersikukuh bermain indah dengan taktik dalam formasi 4-3-3 entah siapapun lawan yang dihadapi maka sebaliknya Shin Tae-yong memilih untuk lebih luwes demi hasil positif.

Maksud saya seperti ini. Jika Milla berharap Indonesia cukup bermain agresif dan cantik, maka Shin Tae-yong lebih memilih untuk meraih hasil positif, apapun gaya bermain yang dipakai.

Inilah yang membuat kita bisa menikmati taktik yang berbeda-beda dari Timnas Indonesia dalam tiga laga penyisihan di Piala AFF 2020 ini. Jika itu dasarnya maka saya akan sepakat 100 persen dengan coach Tae-yong. 

Kita (baca : penggemar fanatik Timnas Indonesia) lebih membutuhkan imun kemenangan atau hasil positif daripada sekedar bermain cantik. Karena itulah, saya kira melawan Malaysia nanti, menarik untuk disimak pendekatan apa yang akan digunakan oleh Shin Tae-yong.

Jika melihat dari rekam jejak sebelumnya, maka saya kira ada 3 pilihan strategi yang paling mungkin dimainkan oleh Shin Tae-yong. Saya akan coba membahas satu per satu, sekaligus menilai mana yang paling jitu untuk menghadapi Malaysia nanti.

Pertama, skema 4-3-3 yang nampak dominan kala melawan Kamboja dan Laos. Saya kira pilihan ini akan digunakan Shin Tae-yong ketika menilai tim yang dihadapi lebih lemah.

Di formasi ini, Irfan Jaya dan Witan, penyerang sayap kiri dan kanan Garuda mempunyai garis serang yang lebih ke depan, bahkan sejajar dengan Ezra Walian sebagai penyerang tengah.

Di laga perdana melawan Kamboja, hal ini sudah dipraktekan. Timnas memang menang 4-2 atas Kamboja, hanya, menurut saya terlalu banyak lubang yang terlihat, tetapi jika harus menyodorkan faktor utama adalah karakteristik pemain kita terutam di sektor penyerang tengah tidak memberikan support maksimal untuk strategi ini.

Maksud saya seperti ini. Di skema ini, kedua penyerang sayap diberikan pilihan menyisir sayap dan memberikan umpan ke kotak penalti.

Sayangnya, Ezra Walian atau penyerang tengah lainnya  seperti Dedik Setiawan tidak mempunyai kemampuan duel udara dan positioning yang mumpuni. Bandingkan jika ada striker Bali United, Ilija Spasojevic atau jika Ezechiel N'douassel dinaturalisasi.

Syukurnya ketika melawan Kamboja, gol tidak tercipta melalui skema seperti ini, tetapi mampu membahayakan lawan dan menciptakan situasi set piece dari tendangan sudut  yang begitu mudah menjadi gol bagi skuad Garuda.

Melawan Malaysia, saka kira, Shin Tae-yong tidak akan menggunakan skema ofensif ini lagi karena nampak tak berhasil.

Kedua, formasi 4-3-2-1 yang nampak seimbang bagi timnas Indonesia. Saya adalah penyuka skema ini, dan saya kira, ini cocok untuk karateristik pemain timnas kita.

Kunci dari sistem ini adalah menjaga jarak antar pemain untuk memastikan penguasaan bola yang dominan dan mencari momentum untuk membangun dan melancarkan serangan.

Di posisi ini, pola penyerangan akan bisa muncul dari sektor sayap, bisa juga dari tusukan Ricky Kambuaya dan Evan Dimas yang tiba-tiba muncul dari lini kedua. 

Bahkan, skema ini dapat bertransformasi menjad 4-2-3-1 dengan mendorong Ricky Kambuaya berada di belakang Ezra Walian atau penyerang tengah untuk menjaga garis penyerangan lebih ke depan, sekaligus memberi pressure pada playmaker Malaysia.

Saya perlu memberi catatan ini karena salah satu pemain yang patut diwaspadai oleh skuad Garuda adalah Baddrol Bakhtiar. Gelandang berusia 33 tahun asal Sabah FC ini berperan sebagai jenderal lapangan tengah Malaysia.

Menahan laju Baddrol melalui pressing dari Ricky Kambuaya sedari awal, akan menjadi cara untuk meminimalkan alur bola Malaysia yang sering di-build up dari belakang dengan Baddrol sebagai arsiteknya.

Selain itu,  pilihan skema 4-3-2-1 ini bisa diambil jika Shin Tae-yong memang menginginkan duel terbuka antar kedua tim, dimana saling beradu serang akan masif terjadi, dan permainan menjadi terbuka sepanjang 90 menit. Pasti menarik.

Ketiga, skenario 3-5-2 yang dapat mengejutkan Malaysia. Jika 4-3-2-1 saya sebut sebagai formasi yang sesuai dengan karakter dari para pemain yang dipanggil Shin Tae-yong, maka 3-5-2, saya kira bisa menjadi temuan Shin Tae-yong yang mengejutkan.

Maksud saya seperti ini. Shin Tae-yong memiliki pilihan untuk mengajak duel dengan ofensif alias total football dalam formasi empat bek, atau mencoba untuk bermain lebih kalem dengan 3-5-2, dengan tiga bek yang berubah menjadi 5-3-2 ketika bertahan.

Ini sebuah alternatif yang menurut saya bukanlah sebuah coba-coba semata, tetapi bisa menjadi penemuan ketika Shin Tae-yong mulai menyadari bahwa kekuatan timnas bukan saja di sisi penyerang sayap, tetapi bek tengah yang mumpuni.

Saya membandingkan pola ini dengan  Timnas Italia atau klub Italia, Juventus yang mulai merintis kejayaan mereka ketika mulai percaya bahwa tiga bek tengah sejajar Chiellini, Bonnuci dan Barzagli menjadi pondasi dari cattenacio sekaligus awal dari build up serangan yang mematikan.

Meladeni Vietnam, saya pantas menyebut Fachruddin, Rizki Ridho dan Alfeandra Dewangga sebagai kunci dari pencapaian hebat itu. Bahkan masih ada pelapis wahid lainnya seperti Victor Igbonefo, Rachmad Irianto dan juga Elkan Baggot  yang dapat menjaga agar menara kokoh dalam skema 3 bek ini tetap kokoh.

Lebih lanjut, saya percaya bahwa  kekokohan lini belakang ini dapat memastikan dan membuat bek sayap agresif seperti Asnawi dan para sayap cepat seperti Irfan Jaya dan Witan lebih leluasa mengobrak-abrik pertahanan lawan tanpa kuatir lini belakan tidak akan sigap jika lawan melakukan serangan balik.

Ini patut dicoba karena sistim ini telah mampu mematikan pergerakan Nguyen Cong Phuong, penyerang tengah Vietnam yang terkenal menakutkan. Jika Chong Phuong saja dapat diatasi maka penyerang Malaysia seperti Safawi Rasid atau Luqman Hakim, pun demikian.

Jadi kira-kira mana yang paling jitu? Saya kira secara template Shin Tae-yong akan memilih 4-3-2-1 untuk menghadapi Malaysia.

Akan tetapi, jika Shin Tae-yong pun pada akhirnya akan memilih 3-5-2 yang agresif melalui sayap dan kekuatan kekokohan di lini belakang, maka saya tidak akan heran, bahkan saya kira ini akan membuat skuad Garuda akan lebih mudah untuk melewati Malaysia. Menarik untuk ditunggu pilihan apa yang diambil. Saya kira tetap akan ada kejutan dari Shin Tae-yong (lagi). Menarik ditunggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun