Kejutan besar terjadi. Tunggal putra unggulan nomor satu sekaligus andalan tuan rumah, Kento Momota tersingkir dari Olimpiade Tokyo 2020.
Tanpa diduga, tunggal Korea Selatan yang tak diunggulkan Heong Kwang Hee, tampil impresif dan agresif. Kento Momota dibabat dua set langsung, 15-21, 19-21.
Ada apa sebenarnya? Kento Momota sebenarnya tak tampil buruk, terutama di set pertama. Di set awal ini, Momota sudah memipin hingga marjin 5 poin ketika unggul 9-4.
Perlahan tapi pasti, Heong Kwang Hee yang terlihat cerdas bermain sabar dari depan net, mampu mengejar bahkan unggul jauh 21-15 di set pertama.
Di set kedua, Heon sudah mendapatkan kepercayaan dirinya. Unggul tapi dikejar Momota hingga 17-17, di poin krusial, Heo membuat Momota pontang-panting.
Bagi saya, harapan untuk Momota agar meraih emas seperti membuat Momota tertekan. Hal ini sudah diungkapkannya sejak Mei lalu.
Menuju Tokyo memang tak mudah bagi Momota. Berbagai ujian dihadapinya.
Setelah mengalami kecelakaan mobil mobil pada Januari 2020 yang memaksanya harus menepi hampir enam bulan lebih, Momota juga dibuat frustrasi sesudah menderita Covid-19.
Akibatnya Momota menjadi tak maksimal mengikuti berbagai turnamen pemanasan menjelang Tokyo 2020.
Di laga melawan Heo, karena berbagai kendala itu, pemandangan yang tak biasa terlihat di lapangan. Momota yang biasanya akan lincah bolak-balik mengembalikan bola dari lawan nampak ngos-ngosan.
Padahal, gaya bermain Heo yang agresif sebenarnya adalah lawan yang mudah dilewati Momota yang sangat kuat dalam bertahan.
Akan tetapi sebaliknya terjadi, Momota nampak lemas, melihat Heo yang karena kekuatan gingsengnya tampil seperti tak pernah kehabisan tenaga.
Lalu apa sesudah Momota tersingkir? Tentu saja, optimisme semakin mengembang bagi para tunggal kita agar berkiprah lebih jauh di Olimpiade Tokyo 2020 ini, khususnya Anthony Sinisuka Ginting.
Duel Momota dan Ginting yang biasa disingkat Momogi urung terjadi.Â
Syukurlah, karena meskipun duel itu ditunggu karena keseruannya, Ginting akan sulit menjadi juara jika Momota masih tampil.
Artinya sekarang tergantung Ginting sesudah menjadi juara grup dan memastikan melaju ke babak 16 besar beberapa waktu sebelum laga Momota berlangsung.
Ginting tampil mantap, dengan mengalahkan wakil Rusia, Sergey Sirant (ROC) denga skor telak 21-12, 21-10 hanya dalam 25 menit.
Sebenarnya, hal ini juga ditunjang oleh lawan yang memang jauh kelasnya di bawah Ginting.
Akan tetapi kita tentu berharap Ginting bisa seperti panzer yang semakin lama maka akan semakin panas, dan mampu mengalahkan lawan yang lebih kuat di babak selanjutnya.
Jikalau Ginting tampil hebat dan melaju mulus, maka sebaliknya dengan Jonathan Christie. Di grup G, di laga terakhirnya, Christie susah payah mengalahkan lawannya, Loh Kean Yew asal Singapura.
Perlu tiga set dengan durasi lebih dari satu jam, untuk Christie memastikan melaju ke babak 16 besar, 22-20, 13-21, 21-18.
Mungkin ada yang bilang yang penting lolos, tetapi bagi saya laga itu berlangsung imbang, karena Christie tampil tidak sebaik biasanya.
Ketika unggul, Christie amat mudah untuk dikejar lawan, meski Christie juga beberapa kali mampu menyalip sang lawan ketika ketinggalan.
Akan tetapi menghadapi lawan yang sebenarnya berada di level setingkat di bawahnya, Christie seharusnya tampil meyakinkan seperti Ginting, bukannya membuat was-was para penggemar bulutangkis nasional.
***
Meskipun sedikit kecewa dengan penampilan Christie, saya setuju bahwa yang perlu disyukuri adalah kelolosan para tunggal pria Indonesia dari fase grup.
Fase grup tunggal nampak tak mudah, dan terisi berbagai kejutan.Â
Bukan saja Kento Momota yang menjadi korban, tetapi para pebulutangkis yang sebenarnya diprediksi akan melaju mulus juga kalah di partai terakhirnya.
Sebut saja nama Ng Ka Long asal Hongkong, pebulutangkis andalan Thailand, Kantaphon Wangcharoen dan pebulutangkis India, Praneeth.
Artinya, apapun bisa terjadi dengan berbagai kejutan tentunya.
Misalnya kita berharap agar Jonathan Christie yang tampil melempem meski lolos, besok dapat tampil hebat menghadapi Shi Yuqi asal China.
Sebaliknya juga, Anthony Ginting yang tampil mantap bisa terus konsisten dan mampu mengalahkan wakil Jepang yang tersisa, Kanta Tsunemayama.
Sebenarnya peluang terbuka lebar bagi kedua tunggal kita ini.Â
Shi Yuqi juga sempat lama absen karena cedera, sedangkan Ginting masih bisa berharap banyak karena lawan yang kuat yang sering mengalahkannya bukan wakil Jepang atau China, tetapi tunggal Denmark.
Akan tetapi sekali lagi, apapun bisa terjadi. Kita berharap kedua tunggal tumpuan harapan kita ini mampu melangkah mulus ke perempat final. Perlahan tapi pasti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI