Jika kita simak lebih detil dari penampilan Donnarumma saat menghentikan penalti para pemain Inggris, nampak bahwa Donnarumma memang sudah siap karena faktor-faktor di atas.
Bahkan, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Gianluigi Buffon, penampilan Donnarumma nampak lebih hebat dari Buffon di babak adu penalti.
Donnarumma nampak tenang. Tatapannya pada pemain lawan membuat para eksekutor dibuat grogi olehnya.
Makanya tak perlu heran jika Rashford perlu berlama-lama mengambil ancang-ancang dan menghantamkan si kulit bundar ke tiang gawang.
Jardon Sancho juga demikian. Pemain yang telah diakuisisi Manchester United dari Borusia Dortmund dengan bandrol mahal itu juga tak bisa menaklukkan Donnarumma
Setelah mempressing bola ke sisi kanan, Sancho berpikir Donnarumma akan tertipu, malah Sancho yang dibuat tertunduk malu.
Terakhir, Bukayo Saka. Kasihan pemain 19 tahun ini, mukanya pucat pasi melihat kegagalan dua senior hebatnya di MU itu.
Saka juga bernasib sama, tubuh gempat Donnarumma masih  bisa terbang menepis bola yang ditendang Saka sekuat tenaga.
Terakhir, saya ingin sedikit membahas tentang keberhasilan Donnarumma pindah ke klub kaya Prancis, Paris Saint Germain (PSG) sesaat setelah  Euro 2020 dimulai.
Saya pikir ini ada pengaruhnya juga. Donnarumma tentu sangat bahagia, di PSG, Donnarumma akan bergelimpangan harta, dengan gaji fantastis, jauh lebih tinggi daripada yang didapatkan di AC Milan.
Jika teman sudah dapat, tim yang hebat juga dipunyai, lalu harta berlimpah, dan gelar Euro 2020 sekaligus gelar pemain terbaik. Selamat Donnarumma.