Kiper yang baik biasanya dilidungi oleh lini belakang yang hebat.
Kedua, Donnarumma memang memiliki mentor yang hebat. Di AC Milan, klubnya sebelum pindah ke PSG, Donnaruma beruntung memiliki Dida, mantan kiper timnas Brasil sebagai pelatih.
Dida membuat Donnarumma berkembang pesat, secara teknik tentunya.
Dida dan Donnarumma memang memiliki kesamaan, memiliki postur besar, tapi tidak lemah dalam bola mendatar.
Sebuah kelemahan yang biasa dimiliki kiper bertubuh besar, seperti Edwin Van De Sar misalnya yang amat sulit menjangkau bola mendatar.
Di timnas, kita bisa menyebut Gianluigi Buffon sebagai mentor Donnarumma. Buffon bisa membuat Donnaruma tidak nampak canggung membela Gli Azzuri dalam partai besar.
Salah satu kepingan yang diberikan Buffon kepada Donnarumma adalah sedapat mungkin menikmati laga.
Sepeninggal Buffon, Donnarumma patut bersyukur karena ada kiper senior seperti Salvatore Sirigu yang mampu melakukan hal serupa.
Sebelum adu penalti misalnya, Sirigu memeluk dan berdiskusi panjang dengan Donnarumma, tentu saja untuk menguatkan Donnarumma secara mental, dan hal itu bekerja dengan baik.
Inilah yang membuat statistik individu Donnarumma juga nampak mentereng.
Dikutip dari uefa.com, dari 719 menit laga yang dimainkan, membuat 9 kali saves, 27 claims, dan akurasi operan mencapai 87 persen. Capaian yang hebat bagi seorang kiper.