Saat itu, Sterling dianggap tidak bisa berkembang lagi. Gaya mainnya sudah dianggap kaku, dan terlalu mudah terbaca pemain belakang lawan.
Guardiola perlahan namun pasti mampu merubah Sterling, dan membangkitkan Sterling ke performa terbaiknya.
Pemain kelahiran Jamaika ini bukan saja tampil lebih gesit dan garang tapi semakin sulit ditebak pergerakannya.
Ciri khas Guardiola yang senang bermain dengan tiga pemain depan yang dapat bergerak dinamis, pivotal, saling berganti, dan memanfaatkan celah di tengah daripada linier menggunakan garis pinggir membuat Sterling semakin berbahaya bagi lawan.
Jika anda ingat, dahulu Sterling dianggap akan bergerak mengandalkan kecepatannya dari sayap, bisa dikatakan Sterling hanya sedang melakukan kick and run murni.
Akan tetapi dengan strategi dan arahan dari  Guardiola, Sterling dapat berubah menjadi attacking forward bahkan center forward yang dengan berani bergerak langsung ke jantung pertahanan lawan dari bagian tengah.
Lambat laun, di City, Sterling  sudah memahami benar maksud dari Guardiola ini. Bahkan, karena itulah striker murni milik City seperti Sergio Aguero, dan Gabriel Jesus kerap tersingkir karena adaptasi hebat dari Sterling terhadap sepakbola ala Pep Guardiola ini.
***
Narasi di atas sebenarnya adalah cara saya untuk meminta kita untuk lebih luas melihat Inggris yang akan tampil di final Euro 2021 besok.
Sterling dibentuk oleh Guardiola. Guardiola adalah pengampu Kampus Etihad, dan bicara tentang relasi antara timnas Inggris dan Kampus Etihad, Sterling tidak sendiri.
Sebenarnya, The Three Lions bertumpu bukan pada Sterling seorang tapi juga berharap pada  mobilitas dari anggota Kampus Etihad lainnya. Sebut saja, Kyle Walker, John Stones dan Phil Foden.