Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bob Marley, Raheem Sterling, dan Tarian Perjuangannya di Euro 2020

30 Juni 2021   20:43 Diperbarui: 2 Juli 2021   16:57 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyerang Inggris, Raheem Sterling (kiri), berselebrasi setelah mencetak gol dalam laga babak 16 besar Euro 2020 antara Inggris vs Jerman di Stadion Wembley, Selasa (30/6/2021). (JOHN SIBLEY/AFP)

"Don't worry about a thing. 'Cause every little thing is gonna be alright"-- Bob Marley.

Saya pikir, jika ada yang menyebutkan nama Jamaika, anda pasti langsung teringat akan dua hal; musisi legendaris nan jenius, Bob Marley dan tentu saja musik asyik bernama reggae.

Bob Marley bernama lengkap Robert Nesta Marley. Pria yang lahir pada 6 Februari 1945 di St. Anne, Nine Mile, Jamaika dari pasangan Norval Sinclair yang orang Inggris dan seorang Ibu Jamaika bernama Cederilla Booker ini berhasil mempengaruhi Jamaika dan dunia melalui reggae.

Ribuan atau bahkan jutaan orang seperti terhipnotis ketika menyenandungkan reggae, atau mendengarkan musik itu, tetapi lebih daripada itu, bahwa selama akhir tahun 1970-an, Marley sebenarnya sedang meneriakkan sesuatu yang kuat melalui musiknya itu.

Melalui musik reggae, Marley sebenarnya sedang mempromosikan perjuangan emansipasi di dunia ketiga, berkaitan tentang diskriminasi serta tindakan rasis yang sangat kejam, karena masih kuatnya penilaian berdasarkan warna kulit, sehingga orang kulit hitam dihina dan bahkan dikucilkan.

Bob Marley I Gambar : AFP Via Kompas.com
Bob Marley I Gambar : AFP Via Kompas.com

Melalui reggae, Marley bukan bukan saja mengajak untuk memberontak kepada segala bentuk ketidakadilan itu, tetapi juga menjadi jawaban bahwa sebenarnya ada harapan untuk kehidupan yang lebih baik, yang bisa diperjuangkan, diraih atau direngkuh.

Maka tak heran, tidak sedikit lagu-lagu reggae melantunkan nada-nada riang, penikmat musik. dibawa ke keindahan dan suasana cerah dari sekitar pantai Karibai dengan angin sepoi yang meneduhkan pohon-pohon kelapa dengan daunnya yang melambai.

Disitulah orang-orang yang berduka dan terpinggirkan mendapatkan asa, karena di balik setiap hal yang buruk sebenarnya akan ada kegembiraan, mari terus menari penuh keriaan. Hidup pasti lebih baik.

Saya tentu tidak akan melanjutkan tentang Marley lagi, apalagi sampai pada kenyataan bahwa Bob Marley harus meninggal muda dalam usia 36 tahun, pada 11 Mei 1981, di rumah sakit Miami, Florida.

Sesaat sebelum kematian, Marley menerima Order of Merit dari pemerintah Jamaika dan dianugerahi Medal of Peace dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1980.

***

Di Kingston, Jamaika, kurang lebih 13 tahun setelah kematian Bob Marley lahir seorang anak laki-laki bernama Raheem Shaquille Sterling. Sterling kecil yang belum tahu apa-apa ini, harus berhadapan dengan getirnya kehidupan di Jamaika yang keras.

Di usia dua tahun, Sterling mengalami duka yang mendalam setelah ayahnya tewas dibunuh. Saat itu, ibunya berusaha menguatkan diri, lalu pergi ke Inggris untuk mencari nafkah demi Sterling dan adiknya yang terpaksa dititipkan ke neneknya.

"Ketika berumur dua tahun, ayah saya dibunuh, Hal itu merubah hidup saya. Tidak lama setelah itu, ibuku membuat keputusan berani meninggalkan saya dan adik di Jamaika. Ia pergi ke Inggris agar bisa mendapatkan gelarnya dan memberi kehidupan yang lebih baik" cerita Sterling pada The Player' Tribune.

Tiga tahun kemudian, ibunya memang kembali dan memboyong keluarganya ke London. Di sana ibunya bekerja sebagai tukang bersih-bersih toilet di beberapa penginapan kecil untuk mendapat tambahan uang untuk bersekolah dan agar dapat menghidupi keluarganya.

Di tengah kehidupan yang sulit itu, makna bahwa di dalam keadaan terburuk sekalipun pasti ada hal baik di dalamnya terjadi pada seorang Raheem Sterling.

Seorang guru yang ditugaskan membimbing, dan membina anak-anak tanpa ayah melihat bakat Sterling yang memang senang bermain sepakbola.

Sterling lalu meneruskan bakatnya itu dengan fasilitas yang cukup baik hingga di usia 11 tahun dilirik untuk menjadi pemain di akademi beberapa klub besar Inggris, termasuk Arsenal.

Sterling seperti pada umumnya anak-anak yang bercita-cita besar ingin memilih Arsenal, tapi intuisi seorang ibu yang membesarkannya dengan baik itu, diturutinya.

Ibunya mengatakan bahwa di Arsenal, Sterling akan mendapatkan puluhan orang pesaing untuk dapat dipilih masuk ke tim utama, sehingga ibunya menyarankan agar dia memilih tim yang lebih kecil.

Pada akhirnya, Raheem Sterling pun masuk pada akademi sepakbola Queens Park Rangers (QPR). Singkat cerita, bakat Sterling yang memang luar biasa, diendus klub yang lebih besar. Pada usia 15 tahun, Liverppol datang dan memberikan penawaran bagi Sterling.

Kali ini, ibunya berhasil diyakinkan, meski dengan syarat bahwa di setiap libur latihan, Seterling harus pulang ke rumah yang berjarak cukup jauh untuk bertemu dan berkumpul bersama Ibu dan anggota keluarga yang lain.

Karir Sterling meningkat pesar, di usia 17 tahun, dia sudah masuk ke tim utama Liverpool dipinang dengan bayaran besar oleh Manchester City, hingga dipanggil dalam skuat Tim Nasional Inggris.

Meski hanya sebagai pemain cadangan, pengalaman, pertamanya bermain bersama tim nasional di Stadion Wembley menjadi mimpi yang menjadi kenyataan.

Di masa kecilnya yang tak begitu indah, ia mengaku pernah membawa bola dan melihat stadion itu dari jauh, dan berkata dalam hatinya, suatu saat dia akan bermain di stadion tersebut.

Sesudah itu, setiap kali di Wembley, Sterling ingin terus menari, menari gembira, karena kehidupannya yang sulit itu telah berproses menjadi lebih baik meski dengan melalui perjuangan yang tak mudah.

Kehidupan yang berubah menjadi lebih baik, seperti kata Bob Marley dalam lagunya Little Bird, "Don't worry about a thing. 'Cause every little thing is gonna be alright".

***

29 Juni 2020, Stadion Wembley. Inggris berhadapan dengan Jerman, di babak 16 besar Euro 2020. Timnas Inggris harus berhadapan dengan lawan yang paling ditakuti karena Jerman selalu menang atas Inggris di Wembley dalam tujuh pertandingan terakhir.

Akan tetapi, kali ini Wembley menjadi saksi, bahwa data dan sejarah tersebut akan dilupakan karena ada seorang pria kelahiran Jamaika yang selalu ingin menari, menunjukkan bahwa lapangan hijau adalah mimpinya, dari sebuah perjuangan yang tak mudah. Raheem Sterling namanya.

Sterling terus berlari selama 90 menit, dia membuka ruang, bertukar posisi dan cepat menggiring bola setiap mendapat kesempatan.

Posisinya adalah winger yang membuat bek hebat Jerman seperti Josua Kimmich, sering berpikir dua kali untuk meninggalkan posisinya untuk membantu penyerangan untuk menjaga pegerakan seorang Sterling.

Bukan itu saja, setiap Sterling menggiring bola dengan cepat, Marc Ginter, Matt Hummels dan Leon Goretzka harus "mengeroyok" dirinya hingga terjatuh. Setiap kali jatuh, Sterling segera bangkit dan berlari lagi.

Mata kiper sekaligus kapten Jerman, Manuel Neuer bahkan terlihat tambah awas, ketika Sterling memegang bola dan mendapat ruang untuk melepaskan tendangan ke gawang. 

Suatu ketika hal itu benar-benar terjadi, dan Neuer harus terbang terjatuh terguling-guling untuk menepis bola itu keluar dari kotak penalti.

Akan tetapi, saat itu di Wembley, semesta seperti menyediakan panggung bagi seorang Sterling. Di menit ke-75, Sterling menggiring bola, Toni Kroos dan Goretzka nampak sudah kelelahan mengejar Sterling yang melepas umpan pendek untuk Harry Kane.

Sterling terus berlari. Bola lalu dilepas lagi ke Luke Shaw, yang melihat Sterling telah berlari cepat menunggu bola di depang gawang Neuer.

Assist brilian diberikan oleh Shaw, dan Sterling lalu menyambutnya dengan satu sontekan cantik. Gol Sterling bagi Inggris yang langsung meruntuhkan semangat Jerman.

Sterling berlari kegirangan, para rekan-rekannya mengerubutinya, memeluknya. 

Wembley riuh, kegembiraan yang menggambarkan keyakinan bahwa kemenangan akan menjadi milik The Three Lions. Benar, kurang lebih 10 menit sesudah gol Sterling, Harry Kane mencetak gol lagi. Jerman benar-benar habis.

Seusai laga, Raheem Sterling dinobatkan menjadi man of the match, tambahan satu gol juga membuat jumlah gol menjadi empat di turnamen ini, hanya terpaut satu gol dari pemuncak top skor, Christiano Ronaldo dengan lima gol.

Ah, lupakan dulu catatan torehan gol tersebut. Biarkan pemuda yang sekarang sudah berusia 26 tahun ini, terus menunjukkan tariannya, ditemani dengan lagu reggae.

Mari nikmati kegembiraan, tarian riang dengan nada-nada musik reggae, laksana sedang berada di antara pepohonan kelapa di pinggir pantai Karibia, Jamaika dari seorang yang pernah merasakan getirnya kehidupan; Raheem Shaquille Sterling.

Yang pasti jika Sterling terus saja menari gembira sebagai simbol perjuangannya, Inggris nampaknya akan melangkah lebih jauh di Euro 2020 ini.

Referensi :
1. Kompas.com, Biografi Tokoh Dunia : Bob Marley, Sang Rasta Pelantun Reggae.

2. Bolasport.com, "Kisah Haru Raheem Sterling, Dikeluarkan dari Sekolah Hingga Menjadi Pemian Timnas U-16 Inggris"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun