Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Memuji Patrick Schick, Striker Jenius dalam Diam

28 Juni 2021   09:43 Diperbarui: 28 Juni 2021   09:52 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tentu setuju bahwa pemuda berusia 25 tahun ini adalah penyerang yang jenius. Tidak mudah menjadi seorang Schick dalam skema pelatih Ceko, Jaroslav Silhalvi yang memilih memainkan 4-5-1 dengan Schick sebagai penyerang tunggal.

Jika pernah bermain game Football Managers, maka peran Schick ini bisa diindentifikasikan dalam dua peran. Pertama, bisa sebagai seorang poacher, pemantul dan pembuka ruang, tapi juga bisa sebagai target man, eksekutor.

Tugas yang maha berat tentunya bagi Schick bila dibandingkan dengan striker yang berperan sama dengannya, seperti Romelu Lukaku atau striker Bosnia Herzegovina, Edin Dzeko.

Peran ini membutuhkan pemain depan yang berfisik besar seperti Lukaku, sehingga bisa beradu otot dengan pemain belakang lawan, lalu membuka ruang. Sayangnya, Schick tidak demikian, Schick tidak berpostur menjulang tinggi, jika bicara otot, Schick bakan terlihat agak ceking, kurus.

Bagaimana bisa dia beradu fisik dengan para pemain belakang lawan dengan tubuh seperti itu? Salah satu yang dilupakan penikmat bola, bahwa Schick ini adalah tipikal pemain yang meski masih cukup muda tapi sudah tertempa dengan berbagai peristiwa yang membuat Schick semakin berkembang.

Beberapa tahun lalu, Schick ditolak dua kali oleh klub raksasa Italia, Juventus meski sudah berada di J Medical untuk tes medis. Schick dianggap lemah secara fisik dan menderita sakit jantung. Apa Schick putus asa waktu itu? Tidak, bahkan Schick terus maju dengan menerima pinangan AS Roma.

Di AS Roma, Schick nampak sulit bersaing dengan sang senior, Edin Dzeko yang masih menjelma sebagai salah satu poacher terbaik di dunia dalam era sepak bola modern. Karena Dzeko, Schick rela dipinjamkan ke RB Leipzig, dan akhirnya dipinang secara permanen oleh Leverkusen.

Perjalanan ini membuat Schick semakin dewasa, dia mengerti titik kelemahan dirinya, dan akhirnya mencoba memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Dia fokus pada kelebihan bukan pada kelemahan.

Menurut saya, dari empat laga yang dilakoni Schick di Euro 2020 ini, Shick mampu  menunjukkan hal tersebut. Shick memiliki kemampuan membuka ruang bukan dengan otot, tapi otak. Dia menempatkan dirinya di posisi yang tidak diperhitingkan oleh pemain belakang lawan, dan dia dapat muncul dimana-mana.

Schick terus bergerak sepanjang pertandingan. Dia menjemput bola, lalu tiba-tiba sudah membantu pertahanan, dalam serangan balik, dia bahkan sudah di depan dan bersiap menjadi eksekutor dan piawai memanfaatkan peluang. Jenius.

Luwesnya pergerakan Schick inilah yang membuat bek Belanda, Mathijs De Ligt nampak panik ketika harus berhadapanone to one dengannya. De Ligt lantas melakukan kecerobohan dan perlahan Belanda rubuh karena dampak dari duelnya dengan Schick.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun