Lagi, mantan Panglima TNI periode 2015-2017 Gatot Nurmantyo berkomentar tentang seniornya, Moeldoko, terkait manuver Moeldoko yang sekarang terdaulat menjadi Ketua Umum Demokrat KLB Deli Serdang. Komentar Gatot bahkan bisa disebut cukup keras seperti sebuah tamparan.
"Saya ingin garis bawahi bahwa apa yang beliau [Moeldoko] lakukan sama sekali tidak mencerminkan kualitas, etika, moral dan kehormatan yang dimiliki seorang prajurit," kata Gatot seperti dikutip dari akun Instagram resmi miliknya, Selasa (16/3), yang dikutip cnnindonesia.
Konteks yang dimaksud Gatot tentu berkaitan dengan manuver politik yang dilakukan oleh Moeldoko. Selain mengucapkan bahwa ada etika, moral, kehormatan yang dilanggar, Gatot juga mengatakan bahwa dirinya tidak menyangka bahwa Moeldoko akan bersikap demikian.
"Bukan apa-apa hanya karena hampir saya tidak percaya bahwa akan kejadian dan beliau mau. Logika berpikir saya, saya tidak menduga. Mengapa, karena beliau adalah senior saya di akademi militer, beliau juga ikut membentuk saya," imbuh Gatot.
Ini bukan untuk pertama kalinya Gatot menyinggung Moeldoko dalam waktu dekat ini. Beberapa waktu lalu, Gatot juga mengeluarkan pernyataan penuh tanda tanya, bahwa dirinya juga dihubungi penggagas KLB Demokrat untuk menjadi Ketum Demokrat.
Akan tetapi, Gatot memilih untuk menolak karena merasa berhutang budi atau dibesarkan oleh Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dimana Gatot semasa SBY diangkat menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat pada tahun 2014, sebelum diangkat menjadi Panglima TNI oleh Joko Widodo.
Pengakuan Gatot ini dibantah habis oleh salah seorang penggagas KLB Demokrat, Hencky Luntungan, yang bahkan menyebut pengakuan Gatot itu hanyalah halusinasi karena identitas pihak yang mengajak tidak diberi tahu.
"Memang yang ajak dia siapa? Kalau ada aja (kalau tidak menyebutkan nama yang mengajak) kan berarti halusinasi aja itu," kata Hencky Luntungan saat dimintai konfirmasi, Senin (8/3/2021).
Mengapa Gatot "menampar" Moeldoko lagi? Jawaban yang paling mungkin adalah rivalitas. Kedua tokoh ini memang sudah saling bersinggungan ketika bicara tentang proyeksi Pilpres 2024.
Harus diakui sebelum manuver Moeldoko, maka geliat Gatot memang terlihat lebih tajam, bahkan Gatot terlibat dalam politik praktis secara signifikan sesudah menjadi Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI Â pada akhir September 2020 lalu.
Saat itu, Moeldoko nampak yang paling vokal memberikan tanggapan. Moeldoko bahkan mengingatkan agar kehadiran KAMI jangan sampai menggangi stabilitas politik nasional.
"Kalkulasinya sekarang sih masih biasa saja. Tidak ada yang perlu direspons berlebihan. Tetapi manakala itu sudah bersinggungan dengan stabilitas dan mulai mengganggu, saya ingatkan kembali. Negara punya kalkulasi. Untuk itu ada hitung-hitungannya," tegas Moeldoko saat itu.
Jika benar ini rivalitas, maka Gatot memang perlu mewaspadai manuver seniornya ini. Ketika Gatot mulai meredup, Moeldoko tampil mengejutkan dengan menjadi Ketum Demokrat KLB.
Selain itu jika kita melihat dengan detail, patut diduga bahwa gerakan Moeldoko ini bisa saja "mengancam" pergerakan politik Gatot, apalagi jika bicara bahwa Gatot memang sedang sekubu dengan Demokrat AHY---didukung pujiannya untuk SBY.
Kisruh ini bisa saja membuat Demokrat AHY menjadi terancam terdera konflik berkepanjangan, jika demikian Demokrat sebagai kendaraan politik yang mungkin akan diincar oleh Gatot bisa saja mogok, dan yang paling sial adalah berhasil ditumpangi dengan nyaman oleh Moeldoko. Gatot bisa gagal. Kita tunggu saja kelanjutan cerita, rivalitas dua jenderal ini.
Referensi:
Gatot Nurmantyo: Moeldoko Tak Cerminkan Etika-Moral Prajurit, cnnindonesia, Selasa,16 Maret 2021
Gatot Nurmantyo Ngaku Diajak Kudeta AHY, Penggagas KLB: Halusinasi!, Detiknews, 8 Maret 2021
Moeldoko: Setelah KAMI Nanti Ada KAMU, Terus Apa Lagi?, detiknews, Kamis, 1 Oktober 2021
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI