Saya menyaksikan 120 menit laga Juventus dan FC Porto dan melihat ulang highlights 8 menit laga Barcelona melawan PSG di kompetisi paling elit Eropa, Liga Champions. Alasannya tentu karena dua mega bintang, Christiano Ronaldo dan Lionel Messi.
Dua pemain ini sudah lebih dari satu dekade membius para penikmat bola seperti saya dengan penampilan dan prestasi mereka.
Gelar Ballon d'Or sebagai simbol dari penghargaan pemain terbaik di jagat semesta ini juga bergantian dibagi hanya untuk mereka berdua. Jika memang ada pemain yang menyelip, itu bisa dianggap hanya karena kebetulan semata.
Pedih bagi mereka berdua, karena musim Liga Champions tahun ini terasa menyedihkan bagi mereka. Juventus ditaklukkan secara akumulasi oleh Porto melalui drama perpanjangan waktu, dan Messi tak mampu menyelamatkan Barcelona dengan mimpi remontada, setelah dilumat di Nou Camp sebelumnya.
Media langsung riuh. Kegagalan ini terburuk bagi mereka berdua, setelah musim 2004/05, yakni tidak mampu membawa tim mereka melaju jauh dari babak 16 besar.
Bagaimana mungkin dua pemain hebat ini tak mampu membawa timnya melangkah ke babak selanjutnya, begitu pertanyaan yang mengemuka. Jawabannya lantas seragam, dengan tandasan bahwa ini bisa jadi akhir dari era Ronaldo dan Messi.
Saya tigaperempat setuju dengan maklumat ini. Seperempat saya tinggalkan untuk para pecinta fanatic Ronaldo dan Messi, biar ada harapan, dan masih bergairah menyaksikan sepakbola.
Di laga melawan Porto, Ronaldo sudah habis. Pergerakannya sudah mudah terbaca, dia nampak masih bisa berteriak menyemangati para rekannya, tidak lebih dari itu. Berbeda tentu dengan periode 5 tahun sebelumnya, ketika dia mampu menyemangati teman-temannya dan juga dibarengi aksinya di lapangan. Kali ini, timpang.
Bahkan, terasa pahit, karena selain tidak mampu mencetak gol, Ronaldo juga dikritik keras oleh mantan pelatih, Fabio Capello karena gestur saat menjadi tembok saat Sergio akan melakukan tendangan bebas. Ronaldo dianggap takut, melompat tapi membelakangi bola dan inilah yang membuat bola bergulir mudah masuk ke gawang Juventus.
Ronaldo memang sudah beda, tidak semenakutkan dulu lagi, makanya bek veteran Porto, Pepe yang pernah lama menjadi rekan setim Ronaldo saat masih di Real Madrid, banyak tersenyum di laga tersebut. Pepe mungkin sudah tahu bahwa Ronaldo tidak menjadi ancaman berarti lagi.
Bagaimana dengan Messi? Menurut saya La Pulga sudah tampil maksimal, tapi begitulah, era untuknya juga sudah mulai memudar. Ada andai pengandaian yang menyertai laga ini, yakni jika penalti Messi masuk, bisa saja PSG akan dibabat Barca.