Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ini 3 Alasan FC Porto Mampu Taklukkan Juventus

18 Februari 2021   05:34 Diperbarui: 18 Februari 2021   05:43 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelandang Juventus, Rodrigo Bentacur memelas dikalahkan Porto I Gambar : Getty via Goal.com

Laga lanjutan babak 16 besar Liga Champions berlansung di Estadio do Dragao, markas FC Porto. Raja Potugal ini pada Kamis, (18/2/2021) menjamu juara Seri A, Juventus di leg pertama.

Sebelum laga, Juventus memang diunggulkan. La Vechia Signora dianggap mendapat lawan mudah, karena mampu menjadi pemuncak grup, dibanding Barcelona yang segrup dengan mereka sebelumnya tapi menjadi runner-up lalu mesti menghadapi PSG, yang tentu di atas kertas lebih tangguh dari Porto.

Akan tetapi sepak bola tidak bisa bicara di atas kertas saja. Dalam laga 90+4 itu, FC Porto mampu membuat kejutan, dengan mengalahkan Juventus dengan skor tipis, 2-1. Dua gol Porto dicetak Taremi (2') dan Marega (46'), dan hanya mampu dibalas Juve melalui gol Chiesa, 8 menit menjelang bubaran.

Apa yang mampu membuat Porto berhasil unggul? Paling tidak ada 3(tiga) alasan yang dapat dikemukakan.

Pertama, konsep sepak bola ala Pirlo yang nampak belum matang di lapangan. Hingga hari ini ide atau filosofi sepak bola pelatih baru Bianconeri, Andrea Pirlo masih belum terlihat sempurna, jika melihat hasil yang digapai Juventus.

Sebenarnya ide Pirlo secara teori terlihat sederhana, yakni ingin menggabungkan sepak bola ala Guardiola dan Jurgen Klopp. Pirlo ingin agar Juve mampu menguasai bola lebih banyak, lalu memainkan bola dari kaki ke kaki, tapi juga sigap untuk merebut bola kembali saat kehilangannya. Tiki taka plus Gegenpressing, begitu kira-kira.

Akan tetapi ide itu mentah di lapangan. Juventus sering kebingungan ketika Porto juga seperti mendapat antithesis dari ide itu.

Maksudnya begini. Ketika Juve kembali menguasai bola, lalu ditekan pemain lawan, pemain Juventus masih kebingungan untuk mengalirkan bola. Akibatnya kesalahan sering terjadi. Gol pertama Porto terlihat karena itu. Rodrigo Bentacur melakukan tiki taka fatal dengankiper, Scezny dan mampu dicuri Mehdi Taremi.

Selain hal itu, transisi ketika menyerang dengan pola tiki-taka plus sering menyisakan ruang yang kosong. Terlihat jarak antara pemain belakang dan tengah menjadi terlalu jauh, ketika serangan dipatahkan lawan, potensi kebobolan juga semakin besar.

Harus diakui allenatore Porto, Sergio Conceciao membaca ini dengan baik. Menggunakan para pemain cepatnya, meski tak menguasai banyak bola, Porto sangat berbahaya melakukan serangan balik. Tak ayal, meski terlihat bertahan, Porto memiliki shots on target berimbang, lima banding lima dengan Juventus.

Artinya, di leg kedua nanti, jika kedua hal ini, possession dan transisi berjalan lebih baik, peluang Juventus untuk lolos menjadi lebih besar.

Kedua, cara bertahan Porto yang terlihat sulit ditembus dalam pertandingan ini. 

Sebelum laga, Pirlo sudah mengisyaratkan bahwa Juventus akan berhadapan dengan Porto yang mempuyai cara defensif yang tangguh, rapat. Pirlo menyamakannya dengan Atletico Madrid.

Wajar, pelatih Porto, Sergio Concecaiao adalah mantan pemain yang pernah merumput di Italia. Dia mengenal benar sistim grendel dan dia tahu filosofi yang dikembangkan oleh Diego Simeone di Atletico.

Porto tangguh di belakang. Pepe dan Mbemba menjadi palang pintu di tengah yang tidak pernah meninggalkan posisinya, lalu empat pemain gelandang akan sejajar menutup rapat ketika Juventus menguasai bola dan mencoba membangun serangan.

Christiano Ronaldo? Pepe sepertinya mengenal Ronaldo dengan baik, karena pernah bermain bersama di Real Madrid dan timnas Portugal. Ronaldo sulit sekali mendapat ruang dari Pepe cs, karena itu untuk kualitas bertahan Porto, pantas dipuji dalam laga ini.

Sebenarnya, masih ada harapan Juventus jika bek sayap mereka lebih agresif. Sayang Juve kehilangan Cuadrado yang harus cedera, akselarasi Danilo sebagai pengganti di sektor kanan terlihat tidak sehebat Cuadrado, inilah yang membuat, Porto juga tidak terlihat kesulitan ketika sedang diserang.

Ketiga, pemain no.9 yang belum terlihat di Juventus. 

Memainkan Dejan Kulusevsi dibandingkan Alvaro Morata adalah salah satu kesalahan Pirlo, apalagi ketika Juventus sudah ketinggalan karena gol cepat Taremi.

Mengapa Pirlo memilih demikian? Patut diduga, Pirlo ingin mencari hasil aman, minimal seri.

Sampai hari ini, Kulusevski yang masih muda bukan finisher, dia tak mampu menjadi tandem bagi Ronaldo  yang juga bisa mencetak banyak gol,  tapi Kulu memang mampu mendribble bola.

Juve berharap Kulu bisa membuka ruang bagi Ronaldo dan mampu merepotkan lini belakang lawan lewat aksi dribblenya, sayang itu tidak berjalan selama 65 menit--sebelum Morata masuk, karena Ronaldo juga tidak mendapatkan ruang untuk itu.

Masuknya Morata merubah irama pertandingan. Penguasaan bola yang mencapai 62 persen linear dengan kualitas serangan yang dibangun. Morata mampu membuka ruang, dan akhirnya gol tercipta bagi Juventus.

Apakah ini berarti Juve harus memainkan Morata dari awal di leg kedua nanti? YA, dengan huruf yang besar. Sebenarnya Morata juga terlihat tidak konsisten dalam perannya. Akan tetapi Juve tidak memiliki pilihan lain, apalagi karena Dybala sedang cedera.

Artinya Juve perlu berharap agar, Dybala sudah sembuh di leg kedua, sehingga pilihan untuk menggantikan Morata yang tidak konsisten menjadi ada. Kulusevski? Dia masih muda dan perlu waktu saja.

Bagaimana prediksi di leg kedua nanti? Porto kemungkinan besar akan bermain dengan pola yang sama. Bertahan.

Ini berarti kunci bagi Juve adalah berharap agar kualitas serangan mereka semakin baik, pola bermain ala Pirlo berjalan dengan baik dan berharap Pepe cs melakukan kesalahan. Jika itu berjalan, come back yang sering dilakukan Juve di Liga Champions dapat kembali terjadi. Kita tunggu saja.

Di laga lain, tuan rumah Sevilla harus dipecudangi klub Jerman, Borrusia Dortumund 2-3, saat bermain di Estadio Sanchez Pisjuan.

Modal berharga bagi Dortmund di leg kedua nanti yang lagi-lagi bisa dikatakan beruntung mendapatkan striker muda tangguh dalam diri Erling Braut Haaland yang mencetak dua gol dalam laga tersebut.

Selamat Porto, Hebat Dortmund!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun